Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

93 Ekor Sapi di TTS Mati akibat Kekeringan

Kompas.com - 23/10/2014, 23:38 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

SOE, KOMPAS.com - Sebanyak 93 ekor sapi milik dua kelompok penerima bantuan pengembangan ternak di Desa Salbait, Kecamatan Mollo Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), mati mendadak lantaran krisis air dan pakan ternak di daerah itu.

Ketua kelompok Moenmese, Melki Batu, Kamis (23/10/2014) mengatakan, bantuan yang didapat kelompoknya yakni sebanyak 110 ekor sapi dengan rincian 100 ekor betina dan 10 ekornya jantan.

“Dari 110 ekor sapi, sampai saat ini yang hidup hanya 67 ekor saja karena yang lain mati, karena kita di sini kesulitan air dan pakan ternak. Untuk mendapatkan pakan ternak, kita harus cari daun di tengah hutan yang jaraknya dari kandang sapi sekitar 5 kilometer. Sedangkan untuk air, yang tersedia hanya satu embung saja, itu pun jaraknya sampai 7 kilometer,” jelas Melki.

Selain kurang pakan dan air, lanjut Melki, matinya sapi tersebut disebabkan kondisi sapi yang tidak sehat saat didistribusikan. Melki menyatakan peternak hanya bisa mempertahankan kehidupan ternak, namun tidak bisa melakukan penggemukan. Seharusnya, kata dia, pemerintah memiliki perencanaan agar bantuan ternak ini bisa bermanfaat bagi masyarakat.

"Kalau bisa, pemerintah jangan tidak diam dengan keberadaan kami anggota kelompok yang ada saat ini. Kami minta dinas terkait segera menindaaklanjuti kasus ini agar sapi yang sisa bisa diselamatkan, secara otomatis menyelamatkan anggota kelompok," ujarnya.

Sementara itu anggota kelompok Tafenat Monit, Jumina Manbait mengaku, dari 110 ekor sapi yang diterima oleh kelompoknya, sebanyak 50 ekor telah mati akibat kurangnya pakan, air dan juga penyakit.

"Kami susah dengan kondisi saat ini karena pengawasan oleh pemerintah tidak ada. Kami merasa berjuang sendiri sehingga sangat terbebani," keluh Jumina.

Menurut Jumina, bantuan ternak sapi dari Pemerintah Provinsi NTT disalurkan pada Desember 2013 dalam bentuk embung. Namun sejak Bulan Agustus 2014, embung untuk kebutuhan ternak mulai mengering, dan saat ini tinggal satu embung di Temkuna, Desa Salbait, Kecamatan Mollo Barat, itu pun debitnya sudah mulai berkurang.

Anggota DPRD NTT, Jeffry Unbanunaek yang mengunjungi dua kelompok ternak itu mengatakan kehadirannya di Kabupaten TTS untuk melakukan sosialisasi peraturan daerah. Namun sebagai wakil rakyat daerah pemilihan TTS, tentu tidak bisa tinggal diam setelah mendapatkan informasi dan aspirasi rakyat soal kematian ternak sapi. Apalagi, kata dia, kemarau yang panjang, menyebabkan kekeringan dimana–mana.

"Saya minta Dinas Peternakan Provinsi NTT untuk segera berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten TTS guna menyelamatkan ternak yang masih tersisa. Kelompok jangan dibiarkan berjuang sendiri untuk mempertahankan ternak yang masih ada. Embung yang dibangun sebanyak lima embung, hanya tinggal satu embung saja yang masih ada, itu pun debitnya tinggal sedikit dan tidak bertahan lama lagi,” jelas Jeffry.

Sesuai informasi dari peternak, jelas jeffry, kasus ini sudah disampaikan kepada Dinas Peternakan Kabupaten TTS, namun hingga saat ini belum ada tindakan apa-apa untuk menyelamatkan ternak yang masih hidup.

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com