Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita dari Kampung Tak Berlistrik di Sepelemparan Batu dari PLTA Waduk Cirata

Kompas.com - 16/10/2014, 04:28 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Selama hampir 30 tahun, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Waduk Cirata membelah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta. Pembangkit ini menghasilkan listrik untuk Pulau Jawa dan Bali. Namun, satu kampung di tepi waduk ini sampai kini masih tetap tak menikmati aliran listrik.

Adalah Kampung Cijuhung, RW 11, Desa Margaluyu, Kecamatan Cipeundey, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang tak juga mendapat akses dari 1.428 Giga Watthour (GWh) listrik produksi PLTA Waduk Cirata. Di kampung ini, tinggal sekitar 150 keluarga.

"Dulu (kami) ikut perkebunan, lama-lama bikin kampung di sini," kata Ijah (62), perempuan yang akrab disapa Mak Ijah, ini saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Rabu (15/10/2014).

Seluruh warga kampung ini, sebut Ijah, pada mulanya adalah buruh di perkebunan kakao dan karet, PT PP Bayabang Indonesia. Kampung Cijuhung berlokasi di sisi barat Waduk Cirata. Lokasinya tak jauh dari Padalarang atau Cianjur.

Panel surya

Belakangan, panel surya mendatangkan secercah sinar bagi kampung ini. Warga mencicil panel seharga Rp 2 juta tersebut untuk bisa menikmati nikmat arus listrik. Namun, kapasitas daya panel listrik ini jelas terbatas saja.

Dari panel tersebut, jangan bayangkan listrik yang dihasilkan bisa untuk menyalakan televisi atau lemari pendingin. Listrik yang dihasilkannya hanya cukup untuk menyalakan lampu LED 1,5 Watt.

Lampu penerangan remang-remang ini merupakan bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada 2013 lewat program Listrik Mandiri Rakyat (Limar). "Padahal dekat ke pembangkit (PLTA), tapi kita seperti dilupakan," ujar Ijah pelan.

Ade Ened (51), Ketua RW 11, Kampung Cijuhung, Desa Margaluyu, Kecamatan Cipeundey, menambahkan pemenuhan pasokan listrik ke wilayahnya ini memang lambat. Pada 2013 sudah ada 12 listrik dipasang PT PLN berikut satu gardu listrik dan 800 meter jaringan kabel.

Namun, sampai hari ini belum ada aliran listrik tiba di kampungnya. "Katanya mah mau akhir tahun ini, tapi sampai sekarang belum ada kabar lagi," tutur Ade.

Memupuk harap

Untuk keperluan harian yang membutuhkan arus listrik, warga Kampung Cijuhung tergantung kepada Ade. Dia adalah satu-satunya warga yang punya generator berbahan bakar bensin.

Setiap hari, tetangga Ade datang untuk mengisi ulang daya listrik ke baterai untuk lampu Limar. "Kadang-kadang nonton bareng Persib di sini," ujar dia.

Kalaupun listrik jadi mengalir dari jaringan PLN, tak seketika seluruh warga Kampung Cijuhung menikmatinya. Di sini ada 4 Rukun Tetangga.

"Kalau listrik ini nyala tahun ini cuma buat RT 03. Kalau RT 02 sama RT 04 baru bisa tahun 2015. Nah, kalau RT 01 katanya baru (teraliri listrik) tahun 2016," papar Ade sembari tetap memupuk harap rencana itu segera menjadi nyata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com