Hal tersebut disampaikan oleh sejumlah pedagang sirih yang berjualan di seputaran Pasar Baru Kefamenanu, Pasar Lama, dan kompleks Terminal Kota Kefamenanu, ketika ditemui Kompas.com, Kamis (9/10/2014) sore.
“Sekarang justru banyak yang datang beli sirih karena memang dalam sebulan terakhir ini sirih susah kita dapatkan. Kalau pun ada stok, harganya sangat mahal. Kalau musim panas begini biasa kita beli dari para petani sirih di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan juga di Eban, Kecamatan Mimafo Barat, TTU serta di Bakitolas, Kecamatan Naibenu," kata Lasarus Lopo, pedagang sirih di Pasar Baru.
Harga satu kantong kresek besar sirih Rp 600.000 hingga Rp 900.000. Dengan harga yang mahal itu, dia pun harus menjual sirih dengan harga yang lebih mahal. Untuk sirih ukuran besar empat buah seharga Rp 10.000, ukuran sedang tiga buah Rp 5.000 dan ukuran kecil lima buah Rp 5.000.
Lasarus pun mengaku, dari hasil penjualan itu ia mampu mendapat keuntungan lebih banyak jika dibandingkan dengan beberapa bulan lalu, saat harga sirih terbilang murah. ”Ya untuk sehari, sirih buah ini bisa habis terjual satu kantong ukuran besar dengan keuntungan mencapai Rp 400.000 sampai Rp 500.000," kata dia.
"Kalau pas musim sirih itu, tidak selaris sekarang karena satu kantong besar bisa sampai satu minggu baru bisa habis terjual,” sambungnya.
Hal yang sama juga disampaikan Maria Kau, pedagang sirih di Pasar Lama dan Yohana, pedagang sirih di kompleks terminal. Keduanya mengatakan, pada saat ini buah sirih memang sedang krisis. Sehingga jumlah pedagang sirih pun berkurang.
”Kami pedagang sirih di Pasar Lama, Pasar Baru dan terminal sepakat untuk naikan harga karena sekarang memang lagi bukan musimnya," kata dia.
Sementara itu, menurut Yohana, berkurangnya stok buah sirih mulai berlangsung sejak Juli lalu dan memuncak pada Oktober ini.
Konsumsi sirih (daun maupun buah) di masyarakat TTU termasuk sangat tinggi. Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandes mengatakan, konsumsi buah sekaligus daun sirih dan pinang warga TTU per hari senilai ratusan juta rupiah.
“Di Kabupaten TTU ini, sebagian besar warganya gemar makan sirih dan pinang, sehingga kalau sebanyak 100.000 warga saja yang aktif makan, dikalikan dengan Rp 1.000 yang digunakan untuk beli sirih dan pinang, maka hasilnya adalah Rp 100 juta. Hitungan itu sudah paling minim karena belum tentu hanya keluarkan Rp 1.000 saja,” kata Fernandes saat meninjau sejumlah tambak ikan air tawar warga Kelurahan Bitefa, Jumat 4 Oktober 2013 lalu.
“Bagi orang Timor pada umumnya dan TTU khususnya, sirih pinang sudah menyatu dengan warga. Ketika kita berkunjung ke rumah warga atau sebaliknya, yang pertama disuguhkan itu pasti sirih dan pinang,” kata Fernandes.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.