Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Idul Adha, Kakek Nenek Ini Kebanjiran Order Tusuk Sate

Kompas.com - 04/10/2014, 14:36 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis


CIREBON, KOMPAS.com –
Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriyah sudah dinanti, ratusan kambing dan sapi untuk di-kurban-kan pun sudah menanti. Selain ibadah haji di Tanah Suci, menyate daging hasil kurban menjadi tradisi di bumi pertiwi. Kondisi ini membawa berkah bagi kakek-nenek pembuat tusuk sate dari “tanah wali”.

Ya, dari Blok Kerandon, Desa Karang Sari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ribuan tusuk sate diproduksi. Puluhan warga di Blok Kerandon ini, berprofesi sebagai pembuat tusuk sate. Sejak pagi, hingga sore, aktivitas pembuatan tusuk sate menghiasi halaman rumah mereka.

Usia pembuatnya pun sangat bervariatif, dari anak-anak kecil, remaja, dewasa, bahkan hingga lanjut usia. Mereka berkumpul bersama-sama untuk menghasilkan ribuan tusuk sate yang akan disuplai ke berbagai daerah.

Seperti yang dilakukan Misnen, pria berusia 85 tahun yang masih rajin membuat tusuk sate. Di halaman rumahnya, Misnen membilah ratusan bambu yang sudah dipotong berukuran 20 centimeter. bambu hasil bilahan itu ia potong lagi hingga menjadi bahan dasar untuk tusuk sate.

Sekilas, Misnen terlihat tak peduli dengan tubuhnya yang semakin renta, penglihatannya yang menurun, dan pendengaran yang sedikit kabur. Pagi, sore , bahkan hingga malam, Misnen lakukan aktivitas itu di pelataran rumahnya.

Ternyata Misnen tak sendiri, ia dibantu istri, anak-anak, dan tetangganya untuk melancipkan ujung potongan bahan dasar tusuk sate itu. Mereka bersama-sama menyelesaikan proses pelancipan tusuk sate. Sebelum siap dijual, anaknya bertugas menggiling agar potongan tusuk yang sudah dilancipkan bersih dari serabut .

“Pertama cari (beli -red) bambu apus. Bambu dipotong dengan ukuran sekitar 20 centimeter. Bambu dibilah hingga beberapa lapis. Setelah itu, dibuat bahan dasar, dilancipi, dibersihkan, dijemur, dan dijual,” jelas Misnen dengan perlahan, Minggu (29/9/2014).

Bagi Misnen dan warga setempat, tak ada hari tanpa membuat tusuk sate. Pekerjaan itu sudah menjadi usaha warisan leluhur di blok kerandon. Membuat tusuk sate, menurut Misnen, sebagai pelestarian sekaligus untuk menyambung hidup.

Produksi tusuk sate, bagi Mustira (85 tahun), istri Misnen, selain sebagai mata pencarian juga sebagai upaya melestarikan kebiasaan yang telah lama berlangsung. Dalam satu hari, satu orang dapat menghasilkan sekitar sepuluh ikat, yang tiap ikat berisi 200 hingga 250 tusuk sate.

“Kami menjual satu ikat tusuk sate sekitar Rp 2.500, ya kalau laku semua sehari bisa dapet uang Rp 25.000,” jelas Mustira.

Dalam waktu satu bulan, satu orang dapat mengantongi sekitar Rp. 750.000. Namun, sejak satu bulan menjelang Idhul Adha, mereka berkerja ekstra untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Selain jumlah produksi yang bertambah, para pembuat tusuk sate pun menaikan harga jual, untuk membayar tenaga yang dikeluarkan.

Satu ikat, yang dijual menjelang Idul Adha, seharga sekitar Rp 5.000, dan dalam sehari mereka dapat mengantongi Rp 50.000, apabila berhasil menjual 10 ikat tusuk sate. Jadi dalam satu bulan ini, mereka dapat mengantongi masing-masing sekitar Rp 1.000.000 – Rp 1.400.000.

“Kalau datang Idul Adha, kami sangat bersyukur, karena dapat mengantongi untung lebih, dan dapat membeli bahan stok produksi. Tapi kalau tidak, membuat tusuk sate untungnya sedikit, karena sangat menyita waktu, dan tenaga,” keluh Muri (35 tahun), tetangga Misnen dan Mustira.

Muri yang bertugas menjual tusuk sate, menyebutkan, ratusan iket tusuk sate disuplai ke kawasan kota dan kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, bahkan luar daerah lainnya. Namun, kalau Idul Adha, rata-rata pembeli berdatangan untuk membeli langsung di pengrajin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com