"Tahun 1950, bapak masuk Lekra dan menjadi Ketua Bidang Kesenian. Tahun 1955, bapak diangkat sebagai anggota DPRD sebagai wakil seniman," ujarnya.
"Gendjer-gendjer" mulai populer
Ketika menjadi anggota Lekra, Muhammad Arief mendirikan grup Sri Muda, singkatan dari Seni Rakyat Indonesia Muda. Mereka berlatih musik di rumah Muhammad Arief di Kelurahan Temenggungan.
"Lewat grup Sri Muda ini, lagu 'Gendjer-gendjer' terkenal. Bapak sama grupnya sering diajak main di acara-acaranya PKI. Ke Surabaya, ke Jakarta, ke Semarang untuk bermain musik, salah satunya ya lagu 'Gendjer-gendjer'. Akhirnya lagu itu direkam oleh Irama Record di Jakarta dan menjadi lagu populer di radio dan televisi," kata Syamsi.
Syamsi menceritakan, setelah lagu "Gendjer-gendjer" populer, ayahnya banyak menciptakan lagu yang berkaitan dengan PKI, sesuai dengan pesanan Njoto, salah satu pejabat Lekra yang sempat singgah di Banyuwangi pada tahun 1962.
"Pak Njoto saat itu mau ke Bali dan mendengarkan lagu 'Gendjer-gendjer'. Ada beberapa lagu lain yang dibuat bapak, yang berkaitan dengan PKI, seperti 'Ganefo', '1 Mei', 'Mars Lekra', 'Harian Rakyat', dan 'Proklamasi'. Ada semua di buku itu," ujarnya.
Menurut Syamsi, sebelum rumahnya dihancurkan oleh massa, bapaknya baru tiba sekitar 5 hari di Banyuwangi untuk mengurus visa karena diajak untuk bermain musik di Negara Republik Rakyat China (RRC). Pada malam hari, bapaknya bercerita bahwa ia mendengar dari radio bahwa ada pembunuhan besar-besaran di Jakarta.
"Keesokan harinya sudah banyak orang berkumpul dari lapangan yang sekarang jadi Stadion Diponegoro, lalu ke timur melewati Taman Blambangan. Saat lewat depan rumah, massa langsung masuk ke dalam. Saya sama ibu melarikan diri," ujarnya.
Ketika membuka buku milik almarhum Muhammad Arief, Kompas.com menemukan lirik lagu "Gendjer-gendjer" dengan huruf warna merah. Di kanan atas terdapat gambar palu arit, lambang PKI saat itu. Tulisan tersebut bertanggal 19 Juli 1965.
"Kalau yang itu bukan bapak yang nulis, tetapi temannya. Itu ditulis lagi, direpro. Kalau tulisan bapak yang asli di buku kecil, dilengkapi dengan notnya," ujar Syamsi.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan