Terlebih lagi, saat ini perut Nasihul berlubang pasca-operasi tahun 2011 lalu. "Dokter sempat memvonis terkena TBC usus," kata putra pertama KH Masturi dan almarhum Siti Maslahah ini saat ditemui, Selasa (30/9/2014).
Nasihul bercerita, penyakit tersebut ia derita sejak ia lulus dari madrasah aliyah, Blok Agung, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari. Saat itu, Nasihul juga menjadi santri di pondok pesantren.
"Mungkin karena saya sering puasa, makan tidak teratur, dan juga hidup tidak sehat. Namanya juga di pondokan. Tidur di lantai, mandi bareng-bareng. Awalnya, penyakitnya wasir. Jadi, susah sekali buang air besar," ujar Nasihul sambil berbaring di tempat tidur.
Karena penyakit Nasihul semakin parah, keluarga memutuskan membawanya ke salah satu rumah sakit swasta di Banyuwangi dan dijadwalkan untuk dioperasi. "Dokter waktu itu melakukan operasi untuk mengambil sampel usus untuk diuji di lab. Hasilnya, ternyata kena TBC usus. Kata paman saya, yang mendampingi operasi, usus saya sudah lengket dan lurus seperti triplek," kata Nasihul.
Setelah satu minggu di rawat di RS, Nasihul kembali pulang ke rumah, tetapi kondisinya semakin memburuk. Bekas operasinya basah karena ada cairan kuning yang merembes dari dalam perutnya.
"Sekitar lima hari di rumah, saya kembali ke rumah sakit untuk kontrol dan ternyata usus saya bocor. Perutnya dibuka lagi dan dokter menjahit ususnya. Ada hampir satu bulan di rumah sakit, akhirnya pulang karena keluarga sudah kehabisan biaya," kata dia.
Setelah pulang, luka jahitan tidak ditutup lagi karena luka tersebut terus mengeluarkan cairan. "Sejak tahun 2011 sampai sekarang, ya di rumah saja dirawat sendiri sama keluarga. Sesekali ke dokter. Ada yang menyarankan untuk operasi ke Surabaya. Tapi, sudah benar-benar tidak ada biaya," kata lelaki yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Islam tersebut.
Nasihul juga beberapa kali melakukan pengobatan alternatif hingga ke Lumajang, Jember, dan Situbondo.
"Namun, tidak ada perkembangan. Bahkan, Nasihul sudah pernah koma dua kali. Satu waktu di rumah sakit, satu lagi di rumah. Keluarga sudah berkumpul untuk membacakan doa. Tidak menyangka dia bertahan sampai hari ini," ujar Hotijah, nenek Nasihul.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan