Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendaki Bukit Pasir Ipis demi Dua Jeriken Air...

Kompas.com - 30/09/2014, 09:41 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

PASIR JAMBU, KOMPAS.com — Encun (30) terengah-engah. Kaus yang ia kenakan bermandikan keringat. Kedua tangannya memegang jeriken berisi air. Sudah tiga bulan ia melakoni aktivitas itu, naik turun Bukit Pasir Ipis demi air bersih.

"Tiga kali sehari kami mendaki bukit ini. Melelahkan, tapi mau diapakan lagi. Kami butuh air bersih," keluh Encun sambil mengelap keringat yang jatuh di dahi.

Sambil mengibas-ibaskan topi, Encun bercerita, ratusan warga Kampung Hegarmanah, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, sudah biasa menghadapi kekeringan. Ketika musim kemarau, para lelaki dan sebagian kaum perempuan menyiapkan fisik untuk mendaki Pasir Ipis.

Namun, dari tahun ke tahun, ia merasa kekeringan semakin parah. Warga pernah mencoba memperdalam sumur, tetapi gagal. Air tak jua keluar meski warga sudah menggali hingga 100 meter. Akhirnya, warga pun kembali mengandalkan Bukit Pasir Ipis. Di sana, terdapat mata air yang keluar dari bebatuan.

Namun, sulitnya jalan yang harus dilalui membuat kemampuan warga untuk mengangkut air pun terbatas. Jika dihitung, dalam sehari, satu orang hanya bisa mengambil 12 liter air. "Jalanna nanjak pisan. Kedah aya tanaga ageung jang naek ka luhur. (Jalannya naik curam. Harus punya tenaga besar untuk ke atas)," ungkap dia.

Yang kasihan, sambung Encun, ialah warga yang baru melahirkan atau sakit. Bisa dibayangkan. Selama tiga bulan ini, warga mati-matian menghemat air. Kondisi ini harus dilakukan pula oleh wanita yang baru melahirkan. Sebab, biasanya, wanita yang baru melahirkan membutuhkan banyak air, baik untuk keperluan dirinya maupun bayinya. 

"Tapi, ya kondisinya seperti ini. Mereka tetap harus hemat air. Begitu juga orang yang sedang sakit atau lansia. Mereka sering kerepotan kalau harus naik turun bukit. Kasihan, pada masa tuanya mereka harus berjuang menyusuri jalan untuk berburu air," ucapnya sambil melanjutkan perjalanan.

Sementara itu, Kepala Desa Tenjolaya Ismawanto Somantri mengatakan, warga yang kesulitan air mencapai ratusan. Hal ini disebabkan lokasi tempat tinggal mereka berada di perbukitan gersang, seperti di RW 13 Kampung Hegarmanah, RW 20 Cidura, RW 5 Nenggeng, RW 6 Tenjolaya, RW 4 Ganasabrang, RW 14 Sarilamping, dan RW 12 Saminten.

Demi mengatasi kekeringan yang kerap terulang, Pemkab Bandung akan membangun jaringan dari sumber mata air di Bukit Solokan Burung ke Kampung Hegarmanah. "Terus terang, untuk solusi jangka pendek, kami tidak punya. Kami juga kasihan melihat warga yang siang malam naik turun bukit untuk mengambil air yang tak seberapa. Tapi, kamu tak bisa berbuat apa-apa," kata Ismawanto.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, lokasi Desa Tenjolaya tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. Namun, jalan menuju desa ini sangat terjal, rusak, didominasi batu besar nan tajam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com