Salah satu anggota Tim Medis Balai Konservasi Sido Muncul, drh Akhmad Syaifuddin yang dihubungi Rabu (24/9/2014) sore, mengatakan, sejak tiba di balai konservasi di kompleks Agro Wisata Sido Muncul, Selasa (23/9/2014) pukul 21.30 WIB, Tita masih enggan makan meski beberapa kali "dipancing" petugas.
“Ini hal yang biasa, karena Tita dalam proses adaptasi dengan lingkungan yang relatif baru,” kata Syaifuddin.
Berdasarkan observasi, secara fisik orangutan yang telah berusia sekitar 15 tahun ini bagus dan tidak mengalami luka apa pun. Hanya saja, badan orangutan ini mengalami obesitas hingga tampak kurang aktif. Orangutan ini beratnya mencapai hampir satu kuintal. Padahal, idealnya hanya berkisar 70 kilogram.
“Biasanya kalau bukan orang yang biasa ‘memegang’, satwa ini akan memberontak jika dipindahkan ke kandang yang berbeda. Namun, Tita relatif lebih mudah,” tambahnya.
Selama dalam masa karantina, kondisi kesehatan Tita akan terus dipantau. Saat ini tim medis masih menunggu orangutan ini mengeluarkan kotorannya. Selanjutnya petugas akan memeriksa kotoran tersebut apakah ada kandungan cacing atau bakteri lainnya.
“Jika diketahui mengalami gangguan kesehatan, maka tim medis akan menangani terlebih dahulu sebelum dilepas dari kandang karantina,” tegasnya.
Diinformasikan, Tita sebelumnya dievakuasi oleh petugas BKSDA Provinsi Jawa Tengah dari warga Desa Karanggondang, Kabupaten Jepara. Pemilik Tita mengaku bahwa satwa ini merupakan pemberian penduduk Dayak sejak usia tiga bulan.
Selama di tangan pemiliknya, Tita dipelihara dalam kandang yang sempit berukuran 1,5 X 2 meter. Satwa tersebut diberikan asupan selayaknya manusia, yakni nasi kecap, pepaya, pisang, minuman teh manis, dan sirup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.