Para pelajar terpaksa keluar dari kelas demi menghindari kepulan asap yang mengganggu pernafasan. Kepulan asap itu bersumber dari tujuh lokal pabrik serta gudang rotan, yang terbakar Jumat dini hari.
Areal sekolah dengan pabrik yang terbakar, hanya dipisahkan satu dinding penyekat dan tidak terlalu tinggi. Salah satu guru SMP PGRI, Kurniasih, yang sejak malam berada di lokasi menyebutkan, sebanyak tiga unit pemadam kebakaran masuk ke areal sekolah, untuk memadamkan api yang paling dekat dengan bangunan sekolah.
“Saya ditelepon Pak RT, dan orang damkar harus ke sekolah Jumat pagi tadi. Terpaksa jam 01.00 WIB saya sudah di sini, dan membuka pintu gerbang sekolah agar damkar bisa masuk. Kalau di bagian belakang sekolah ini tidak dipadamkan, api pasti merembet kelas yang paling belakang,” kata guru yang biasa disapa Asih.
Menurut Asih, kepulan asap dirasa sangat mengganggu, terlebih pagi hingga sekitar 10.00 WIB. “Terganggu psikologi, dan juga pernafasan. Kami berharap agar segera selesai,” ujar Asih.
Sementara itu, Komandan Regu Pemadam Kebakaran Pos Weru, Durita mengaku sudah menurunkan 15 unit damkar dari berbagai pos, dan lebih lima kali pulang pergi. Bahan yang mudah terbakar, dan sulitnya mencari air karena kemarau menjadi kendala utama pemadaman.
“Dari jam 11.30 Kamis tengah malam, hingga Jumat pukul 10.00 WIB, kami sudah menurunkan lebih dari lima pukul unit, dan sampai saat ini belum padam semuanya. Ini karena bahan yang mudah terbakar, dan juga keterbatasan jangkauan,” kata Durita.
Sementara itu, satpam dan pemilik pabrik enggan dimintai keterangan, dengan alasan sedang berusaha menghitung kerugian yang ditanggung akibat kebakaran tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.