Konflik bisa terjadi karena batas tanah yang belum disepakati oleh kedua negara sampai saat ini. Kepala Desa Haumeni Ana, Petrus Asuat, Selasa (16/9/2014) kemarin mengatakan, enam titik yang berpotensi konflik itu yakni Subina di Desa Inbate, Pistana di Desa Nainaban dan Desa Sunkaen, Tububanat di Desa Nilulat, Oben di Desa Tubu, Nefonunpo dan Faotben di Desa Haumeni Ana.
Di keenam lokasi itu sempat terjadi aksi saling serang antara warga kedua negara pada tahun 2012 lalu. “Enam titik di sepanjang perbatasan antara Kecamatan Bikomi Nilulat dengan Timor Leste itu masih bermasalah. Kami minta pemerintah Indonesia dan Timor Leste untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan ini sampai tuntas karena dampaknya sangat besar khususnya kami warga yang bermukim di titik-titik bermasalah ini,” kata Petrus.
Petrus mengaku, sudah seringkali pejabat dari pusat datang ke perbatasan untuk menyelesaikan persoalan batas dan daerah rawan konflik, pasca bentrokan 2012 lalu, namun hingga kini tidak ada kejelasan (dibiarkan mengambang).
“Persoalan ini jangan dianggap remeh oleh pemerintah kedua negara (Indonesia dan Timor Leste). Jangan tunggu terjadi konflik baru muncul. Harus secepatnya diselesaikan,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.