Pemkab pernah memberikan bantuan kambing kepada pengemis untuk dipelihara, namun kambing tersebut malah dijual kembali.
Ahmad Subaidi, Kepala Bidang Sosial, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pamekasan, Kamis (11/9/2014) menuturkan, alasan kambing itu dijual karena keuntungan mengemis lebih besar daripada memelihara kambing. Jika memelihara kambing, harus menunggu delapan sampai setahun untuk mendapat keuntungan. Sementara penghasilan mengemis setiap hari ada yang sampai Rp 200.000 - Rp 300.000.
"Kalau cara berpikir pengemis seperti itu, sulit mereka dihentikan dari kebiasaannya," terang Subaidi.
Lebih lanjut Subaidi menambahkan, yang dibutuhkan pengemis hari ini bukan bantuan usaha seperti ternah kambing atau usaha lainnya. Namun mereka harus diubah cara berpikirnya. Apalagi rata-rata latar belakang pendidikan mereka ada yang tidak lulus sekolah dasar.
"Berbicara dengan mereka susah. Sebab pendidikannya rendah dan cara berpikirnya instan," katanya.
Bahkan, lanjut Ahmad Subaidi, di Desa Branta Tinggi, Kecamatan Tlanakan, pekerjaan mengemis sudah menjadi tradisi turun temurun. Tahun 2012 lalu, jumlah pengemis di desa tersebut mencapai 60 orang. Ada yang suami istri dan anak-anaknya semua menjadi pengemis. Sebagian dari mereka, ada yang sudah memasuki masa lanjut usia masih tetap menjadi pengemis. Pemkab masih memikirkan cara lain agar siklus pengemis di Pamekasan bisa diputus.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.