Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Membaik, Kadar Kalium TKW Sihatul Jadi Perhatian Khusus

Kompas.com - 11/09/2014, 15:45 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Setelah dirawat lebih dari 150 hari di RSUD Blambangan Banyuwangi, pernafasan Sihatul Alfiyah, tenaga kerja wanita yang sebelumnya koma 8 bulan di Taiwan sudah tidak lagi menggunakan alat bantu. Alat tersebut sudah di lepas sejak 3 minggu yang lalu.

"Alat ventilator sudah dilepas termasuk juga oksigen serta infus. Namun masih perlu dibantu untuk membersihkan lendir. Sedangkan untuk tensi masih fluktuatif, suhu tubuh normal," kata Dokter Heri Subiakto, SpPD, dokter spesialis penyakit dalam, Ketua Tim Dokter, Kamis (11/9/2014).

Selain kemampuan bernafas spontan tanpa bantuan ventilator dan oksigen, pasien juga sudah tidak memerlukan obat-obatan seperti antibiotik dan neurotropik.

"Termasuk juga refleks batuk dari penderita yang sudah mulai ada serta produksi urine harian penderita yang cenderung stabil," ungkapnya.

Namun, kondisi Sihatul bisa memburuk sewaktu-waktu terutama jumlah kalium dalam darah. Untuk mengontrol jumlah kalium, tim dokter memberikan susu dan jus buah untuk Sihatul melalui selang makanan.

"Saat ini, kami memberikan makan sehari 6 kali, 3 kali susu dan 3 kali bubur saring yang terdiri dari sayuran dan juga protein yang diblender secara halus agar bisa masuk melalu selang makanan. Termasuk juga jus buah seperti pisang, tomat, jambu biji yang mempunyai kalium lebih tinggi," ujarnya.

Makanan yang dimasukkan dalam tubuh Sihatul diatur sejumlah 1500 kalori untuk mengurangi kegemukan.

"Awalnya 1.800 kalori. Tapi agar tidak kegendutan hanya 1.500 kalori karena dia tidak melakukan aktivitas apapun," katanya.

Tim dokter RSUD Blambangan memastikan bahwa Sihatul tidak bisa kembali normal seperti awal. Untuk itu, pihak medis mempersiapkan keluarga korban untuk bisa merawat pasien.

"Saat ini, kami sudah mengajak keluarga pasien Sihatul untuk berperan merawat seperti membersihkan lendir yang dilakukan setiap 4 jam sekali. Namun jika muncul ya harus segera di bersihkan agar tidak menghambat pernafasan," ungkap Nelly Mulyaningsih, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RSUD Blambangan, Kamis (11/9/2014).

Dia menjelaskan, ada lima problem medis yang dialami Sihatul antara lain sindroma apakia, stoma trakeostomi dan suction lendir, mobilisasi bertahap penderita serta nutrisi penderita.

"Namun yang perlu diperhatikan adalah spastisitas atau kekakuan otot tubuh yang memang sudah dialami sejak ia dirawat di Taiwan," tambahnya.

Sementara itu, kondisi penderita yang relatif stagnan adalah kemampuan berbicara, reflek menelan dan kekakuan anggota tubuh.

"Untuk itu kami juga berencana membicarakan kelanjutan kalau seandainya Sihatul pulang ke rumahnya. Apakah nanti ada tenaga medis yang datang ke sana atau koordinasi dengan puskesmas terdekat untuk membantu merawat. Tapi tidak saat ini karena masih banyak yang harus dipersiapkan jika pasien akan pulang," tambahnya.

Sihatul berangkat ke Taiwan dan bekerja di peternakan sapi perah di Tainan City. Ia harus mengurus 300 ekor sapi perah seorang diri mulai pukul 03.00 dini hari hingga pukul 22.00 waktu setempat.

Sihatul sempat dirawat di Liouying Taiwan lalu dipindahkan ke Panti Jompo di Min An Road Distrik Baihe, Kota Tainan. Sempat ditemukan luka benturan di bagian kepala akibat benda tumpul. Setelah 8 bulan koma di Taiwan, akhirnya Sihatul dipulangkan ke tanah air dan dirawat di RSUD Blambangan sejak 7 Mei 2014 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com