Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Lamongan Ini Hilang Setahun Sebelum Aksi Bom Bunuh Diri ISIS di Irak (3)

Kompas.com - 14/08/2014, 14:39 WIB

LAMONGAN, KOMPAS.com — Wildan Mukhollad, anggota pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Irak, ternyata adalah pemuda dari Lamongan, Jawa Timur (baca juga: Pelaku Bom Bunuh Diri ISIS di Irak Ternyata dari Lamongan (1)).

Kisahnya bergabung dengan ISIS berawal dari keberangkatannya ke Mesir untuk sekolah di SMA Al-Azhar, Mesir. Keluarganya di Lamongan sebenarnya tak memberikan izin. Namun, dia bersikukuh (baca selengkapnya: Kisah Wildan di ISIS Dimulai dari Sekolah di Mesir (2)).

Keinginan Wildan berangkat ke Mesir muncul sejak masih di MTs Al-Islam. Ketika itu, dia meminta pindah sekolah ke Al-Azhar Mesir.

Permintaan itu langsung ditolak keluarga besarnya. Ada banyak pertimbangan yang membuat keluarga tidak mengiyakan permintaan itu.

Selain biaya, ayah Wildan saat itu sakit keras dan ingin semua anak-anaknya tetap berkumpul di rumah. Sebelum meninggal, H Amin sempat meminta agar anaknya mengurungkan niat.

“Namun, dari sekian banyak alasan, tidak satu pun yang berhubungan dengan jihad, apalagi ISIS. Wildan berangkat ke Mesir menyusul kakak perempuannya untuk menimba ilmu,” kata kakak Wildan, Muhammad In’am.

Menurut pria pentolan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jateng, ini, Wildan pada awal-awal keberadaannya di Mesir sering mengunggah dokumentasi mengenai tempat-tempat yang disinggahinya. Ia membuat akun Facebook dengan nama Ibnu Amin As Sahmy.

Wildan pernah mengunggah dokumentasi soal Pantai Alexandria dan jalanan di Kota Kairo. Dia mengomentari posting-an itu dengan memuja kebesaran Allah.

Tidak ada yang aneh dalam status Facebook itu. Tidak ada satu pun status Facebook yang berisi ajakan untuk berjihad ke Suriah dan Irak. Wildan juga tidak pernah mengungkapkan aktivitasnya di ISIS dalam akunnya.

Selama Wildan memanggul senjata AK-47 (senapan serbu yang biasa dipakai milisi ISIS), komunikasi dengan keluarga dilakukan searah.

Hanya Wildan yang bisa menghubungi keluarga. Akhirnya, keluarga mendapatkan kabar dari teman sekolah Wildan bahwa Wildan tewas dalam sebuah insiden bom bunuh diri.

“Di kalangan ikhwan, apa yang dilakukan adik saya termasuk amaliah istisyhadiyah. Akan tetapi, kami tidak ingin menyimpulkan dia syahid atau tidak. Itu urusan Allah. Kami meyakini Wildan meninggal dengan baik karena tujuan yang mulia,” ujar lelaki yang bekerja sebagai kontraktor itu.

Dari informasi yang didapat keluarga, Wildan termasuk tentara ISIS yang disegani. Meskipun usianya masih belia (bergabung dengan ISIS pada usia 17 tahun), Wildan berhasil mengajak sekitar 20 teman sekolahnya di Mesir untuk ikut bertempur.

Diakui In’am, Wildan memiliki tingkat keilmuan yang melebihi anak-anak sebayanya. Ilmu itu kemudian dilengkapi Wildan dengan kemampuan bertempur. Inilah yang membuat Wildan disegani.

Hanya, In’am tidak mengetahui di kota-kota mana saja adiknya pernah bertempur. Kabar tewasnya Wildan baru tersiar pada 10 Februari 2014 atau beberapa hari setelah kematiannya. Kabar itu secara berantai sampai juga ke keluarga.

Begitu mendengar kabar kematian sang adik, In’am langsung menghubungi Ali Fauzi, mantan anggota Jamaah Islamiyah yang juga teman kecilnya.

Adik dari terpidana mati Bom Bali, Amrozi dan Mukhlas, itu kemudian melacak informasi itu ke jaringan para mujahid.

“Ternyata kabar itu benar. Wildan memang tewas di Irak setelah satu tahun menghilang dari sekolahnya di Mesir,” ujar Ali yang pernah menjadi guru Wildan selama menempuh pendidikan di Ponpes Al Islam. (idl/ben)

Tamat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com