Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hydrocephalus, Bocah Ini Hanya Berbaring Sepanjang Hidupnya

Kompas.com - 10/08/2014, 11:45 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Selama hidupnya, Yoga Raharja (13), belum pernah merasakan indahnya dunia. Bocah laki-laki itu hanya mampu berbaring di kamarnya yang hanya berdinding papan kayu. Kepalanya membesar, tubuhnya kurus mengecil, bahkan untuk sekedar bicara saja Yoga tak mampu.

Terdengar lirih suara tangisnya yang seolah menyambut kedatangan kami. “Kalau mau minta makan, minum, tidur atau apapun Yoga hanya bisa merintih dan menangis, seperti bayi,” ujar Susanto (39), ayah Yoga, saat Kompas.com bertandang ke rumahnya di Kampung Beningan, RT: 1 RW: 1, Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Sabtu (9/8/2014).

Menurut Susanto, anak bungsunya itu menderita penyakit Hydrocephalus sejak bayi. Semula Yoga lahir normal dan tumbuh sehat seperti bayi pada umumnya. Menginjak usia tiga bulan, ada benjolan sebesar bola tenis meja di kepalanya. Susanto dan sang Istri, Ipug Wiryanti (38), lantas memeriksakan Yoga ke dokter umum. Saat itu dokter belum mendiagnosa penyakit apapun pada Yoga, dan hanya diberi obat berupa salep.

"Waktu istri hamil Yoga, saya banyak pelihara burung Merpati, (mungkin) ada virus yang masuk ke tubuh Istri saya. Itu yang menyebabkan Yoga jadi begini. Kata dokter begitu," ungkap Susanto.

Lebih dari tiga tahun usia Yoga, lanjut Susanto, tidak ada perubahan yang lebih baik pada bocah malang itu. Kepala Yoga justru semakin membesar, sedangkan tubuh, kaki dan tangannya mengecil hanya menyisakan kulit dan tulangnya.

Atas saran beberapa teman yang juga punya anak penderita Hydrocephalus, Susanto memeriksakan Yoga ke RS Elizabeth Semarang. Selama seminggu dirawat disana, tidak juga membuahkan hasil yang menggembirakan.

“Kata Dokter, Hydrocephalus yang diderita anak saya berbeda. Kepalanya membesar akibat tulang tengkoraknya yang membengkak, bukan berisi cairan. Sehingga tidak bisa dioperasi,” tutur Susanto.

Susanto pun memutuskan untuk pulang dan merawat Yoga seadanya di rumah. Kendati demikian bukan berati keluarga tidak berusaha apapun. Menurut Susanto, segala macam resep obat hingga pengobatan alternatif telah diusahakan keluarga untuk menyembuhkan Yoga.

"Setiap hari Yoga mengalami kejang, entah apa memang penderita Hydrocephalus juga demikian. Kejangnya sekitar 2 menit, kalau habis kejang pasti rewel dan mengompol," ungkap Susanto.

Pihak keluarga juga mengupayakan berbagai bantuan dana ke sejumlah pihak. Sebab, pekerjaan Susanto sebagai tukang servis kamera dan buruh serabutan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi masih ada dua kakak Yoga yang masih mengeyam pendidikan di bangku SMA dan SMP. Sedangkan Istri, kata Susanto, sejak dua bulan ini memutuskan untuk bekerja sebagai sales minuman fermentasi.

“Sebelumnya istri saya yang menjaga Yoga setiap hari, namun karena kakak-kakak Yoga harus tetap sekolah, istri pun mulai bekerja. Kami gantian menjaga Yoga,” papar Susanto.

Sementara ini, keluarga Susanto masih tinggal menumpang di rumah adik laki-lakinya. Sedangkan adiknya saat ini tinggal di Tegal karena bertugas sebagai TNI. Kini Susanto hanya dapat berpasrah, dan menanti keajabian Tuhan. Sembari tetap berupaya mencari bantuan pengobatan agar kelak putranya dapat merasakan indahnya dunia di luar sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com