Dalam kondisi tak berdaya menghadapi penyakit yang dideritanya, sanak keluarga dan tetangga Cicci malah mengucilkan perempuan malang ini. Sebab, mereka menilai penyakit yang diderita Cicci adalah kutukan.
Saat ditemui Kompas.com di rumahnya yang jauh dari permukiman penduduk di Dusun Batupangadala, Rabu (6/8/2014), Cicci tampak duduk termenung di ranjang tua miliknya. Dia tampak pasrah menghadapi penyakit ganas yang menggerogoti sebagian kepalanya.
“Ya, pasrah saja sudah berobat, tapi tak sembuh,” kata Cicci dalam bahasa Mandar.
Cicci menceritakan, awalnya dia hanya mengalami bisul sebesar kelereng di bagian kiri kepala. Setelah bisulnya pecah, bekas lukanya mengalami infeksi karena tidak dirawat dengan baik. Lama-lama luka bekas bisul itu melebar dan menebarkan bau busuk hingga dikerubuti belatung.
Cicci mengaku, pemerintah memang pernah membawa dirinya ke Rumah Sakit Umum Polewali Mandar untuk menjalani pengobatan agar bisa sembuh dari penyakitnya. Namun, dia hanya bisa bertahan di rumah sakit tersebut selama 13 hari.
Dia memilih pulang dari rumah sakit karena merasa kesepian dan tak bisa mengurus keperluannya seorang diri. Tak ada seorang pun keluarga ataupun tetangganya yang membantu nenek malang ini. Padahal, dokter meminta Cicci bisa bertahan selama satu bulan perawatan agar penyakitnya bisa sembuh.
“Kasihan hidupnya terkucil lantaran banyak warga menduga ini penyakit kutukan yang bisa menular. Makanya warga menjauh," ujar Mandaali, salah seorang warga Polewali yang peduli terhadap nasib Cicci.
Mandaali menjelaskan, berbagai cara telah dilakukan kepala desa setempat agar nenek ini bisa sembuh. Salah satunya adalah menyewa perawat swasta agar bisa mengontrol luka yang terus melebar di kepala Cicci.
Namun, karena kehabisan biaya yang dihimpun dari sumbangan warga dan bupati Polewali Mandar, kini pengobatan Cicci terhenti. Kepala desa, kata Mandaali, konon telah berutang lebih dari Rp 2 juta kepada perawat swasta yang disewa untuk menangani penyakit Cicci.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.