Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sopir Truk dan Uang Sakunya ...

Kompas.com - 26/07/2014, 00:11 WIB

KOMPAS.com - Lebaran kali ini begitu berat bagi pemudik yang menggunakan angkutan darat di Jawa. Nyaris semua jalur mudik bermasalah sehingga banyak orang merasakan dampaknya. Begitu pula yang dialami sopir truk barang yang terjebak kemacetan. Hampir sepekan di jalan, para sopir bertahan dengan uang saku yang semakin menipis.

Ketika frustrasi mulai melanda, kebaikan menolong orang-orang kecil itu. Heri Hertoyo (45), sopir truk angkutan mebel jurusan Demak-Jakarta, merasa tertolong kebaikan hati pemilik warung makan dekat perempatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Saat uang sakunya habis, ibu pemilik warung memberinya nasi bungkus untuk perjalanan.

Heri bercerita, biaya solar dari Demak ke Jakarta biasanya Rp 750.000. Karena harus melalui jalur selatan akibat amblesnya jembatan Comal di Pemalang, biaya solar membengkak. ”Bos nambah uang solar Rp 350.000, tapi uang sakunya enggak,” ujarnya, Rabu (23/7).

Heri dan kernetnya hanya mengandalkan uang saku sebesar Rp 400.000. Saat ditemui, ia hanya memegang uang Rp 20.000. Karena itu, ia memberanikan diri berutang ke warung makan. ”Untungnya ibu penjualnya baik, saya malah diberi nasi. Padahal, saya belum pernah jajan di situ,” ucap pria yang sudah 10 tahun menjadi sopir itu.

Berbagi kabar

Sepanjang perjalanan, para sopir yang mengalami nasib sama terus memantau kondisi jalan. Tarmin (40), sopir asal Kebumen yang mengangkut semangka dari Demak ke Jakarta, mengatakan saling berkirim pesan singkat dengan teman-temannya sesama sopir.

”Kami saling mengirim pesan pendek, memberi kabar jalan mana yang macet dan mana yang lancar. Kalau lewat jalur alternatif, jalannya mulus atau tidak. Itu sangat membantu karena saya harus tiba secepatnya di Pasar Induk Kramatjati karena buah bisa cepat busuk,” tutur dia.

Sambil menunggu kabar baik, para sopir memarkir truk di pinggir jalur lingkar utara Kabupaten Pemalang, di tempat peristirahatan, dan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU).

Sebagian besar truk yang diparkir masih bermuatan penuh. Beberapa sopir memilih menunda perjalanan dan pulang ke daerah asal mereka untuk merayakan Lebaran. Truk beserta muatannya dititipkan kepada petugas keamanan atau warga setempat.

”Mulai hari Minggu, setelah jembatan Comal ditutup dan dinyatakan tidak boleh dilewati truk besar, banyak sopir yang pulang,” kata Warli (57), petugas keamanan di tempat peristirahatan Luwes.

Di lokasi tersebut terdapat sekitar 20 truk bermuatan yang parkir. Para sopir truk itu berasal dari Bogor, Tegal, Pati, dan juga Pemalang. Sopir yang berasal dari Kabupaten Pemalang biasanya datang ke tempat peristirahatan pada malam hari untuk memanasi kendaraan.
Menjaga truk

Sementara sopir yang berasal dari luar daerah menitipkan kunci kendaraan kepada Warli. Biasanya, Warli yang memanasi kendaraan tersebut dan menggeser posisinya apabila ada truk lain yang akan keluar.

Warli menuturkan, kondisi jalur pantura pada arus mudik Lebaran tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, mulai H-4 juga ada beberapa sopir truk yang memarkir dan menitipkan kendaraan kepada dirinya. Namun, semua truk yang diparkir sudah kosong atau tak bermuatan. Tahun ini, hampir semua truk yang diparkir masih bermuatan penuh.

Setelah Lebaran

Sebenarnya, kata Warli, sejumlah sopir truk ingin mengalihkan kendaraan melewati jalur selatan, sesuai petunjuk petugas kepolisian. Namun, di jalur selatan, kondisi jalan sempit dan tidak menjamin perjalanan bakal lancar. Akibatnya, sebagian sopir truk memilih memarkir kendaraan mereka di jalur pantura.

Warli tidak sendirian menjaga truk-truk bermuatan tersebut. Di tempat peristirahatan itu terdapat lima tenaga keamanan lain yang ikut berjaga secara bergiliran, yaitu Masrun, Tarno, Warno, Walam, dan Sodikin.

Di jalur lingkar utara Kabupaten Pemalang, tepatnya di Desa Kabunan, Kecamatan Taman, belasan truk parkir di bahu jalan di sisi selatan jalan, yang biasa digunakan untuk arus kendaraan dari arah timur atau Semarang.

”Sopir truk sudah pergi, kembali ke daerah asal mereka sejak dua hari lalu,” ucap Hasyim (44), buruh bongkar muat di Desa Kabunan. Truk-truk bermuatan tersebut kemudian dititipkan kepada warga yang dipercaya menjaga keamanan lingkungan. Hasyim memastikan, meskipun truk ditinggal bersama muatannya, kondisinya akan aman karena warga ikut menjaga keamanan.

Walau begitu, masih ada sopir yang setia menunggu dalam ketidakpastian. Mereka adalah sopir truk yang terjebak di depan jembatan Comal yang ambles pekan lalu. Mereka tidak mungkin berbalik arah karena kemacetan mengular di belakang mereka.

Salah satunya Imin (43), sopir yang menginap di dalam truk bermuatan kertas daur ulang dari Jakarta ke Kudus. Imin semula membawa uang Rp 2,5 juta untuk bahan bakar sekaligus upahnya dan kernet yang menemani perjalanan. Kini modal hidupnya tinggal Rp 20.000.

Ketidakjelasan nasib membuat bapak dua anak ini harus bersiasat untuk berhemat, salah satunya dengan memulangkan kernet ke desa asalnya.

Hari keenam, para pengemudi ini berunjuk rasa di depan pos pengamanan proyek. Parjiono (50), pengemudi truk bermuatan kabel baja yang turut berunjuk rasa, mengatakan uang sakunya telah habis. ”Kami bingung bagaimana caranya bisa lewat. Kalau disuruh balik, tidak mungkin,” kata Parjiono.

Selama terjebak kemacetan, Parijono memilih menghemat uang saku dengan mendatangi posko mudik untuk mencari makan dan minum. Entah sampai kapan dia melakukan itu....
(GRE/WIE/WEN/CHE/DEN/UTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com