Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Semoga Presiden Baru Bisa Mengakhiri Penderitaan Kami"

Kompas.com - 22/07/2014, 11:27 WIB

SIDOARJO, KOMPAS.com — Komisi Pemilihan Umum (KPU) hari ini akan mengumumkan pemenang kursi presiden ketujuh Republik Indonesia. Belum final memang. Sebab, yang akan menduduki kursi itu masih perlu menunggu proses hingga sang pemenang benar-benar mengucapkan sumpah jabatan di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Meski begitu, masyarakat sudah menaruh harapan besar, terutama masyarakat yang terusir, seperti warga Syiah asal Sampang. Juga masyarakat korban semburan Lumpur Lapindo, yang hak-haknya belum terbayar hingga bertahun-tahun.

Mereka berharap presiden baru bisa menjadi seorang Ratu Adil. Mereka merindukan lahirnya kebijakan sekaligus kebijaksanaan yang bisa menjamin hak-hak mereka.

"Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami ingin menjadi warga negara normal. Bisa kembali hidup bersama di rumah dan kampung kami sendiri," tutur Ustaz Iklil Al-Milal, warga Syiah, saat ditemui di pengungsian, Rumah Susun (Rusun) Pasar Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, Senin (21/7/2014).

Di rumah penampungan itu, Iklil hidup bersama sekitar 300 warga Syiah lainnya. Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben.  

Seingat Iklil, mereka sudah dua tahun hidup serba terbatas di pengungsian Jemundo. Tepatnya sejak Agustus 2012. Status sebagai pengungsi sudah mereka sandang jauh sebelum boyongan ke Sidoarjo.

Tempat pertama mereka berlindung setelah kampung mereka diserang kelompok lain adalah  GOR Sampang. Selama delapan bulan, mereka hidup di penampungan yang disediakan pemerintah setempat.

Namun, di pengungsian di tanah kelahiran mereka ini, ternyata aparatur negara tidak bisa menjamin. Alih-alih menjamin mereka balik ke kampung halaman, menjamin keselamatan di pengungsian saja sulit mereka wujudkan.

Alhasil, mereka pun menerima tawaran mengungsi keluar, jauh dari jangkauan kelompok penyerang, tetapi jauh dari tanah kelahirannya.

Mereka pun menjadi penghuni rusun yang sebenarnya disediakan buat pedagang pasar Puspa Agro. Di sana mereka bercampur dengan imigran dari Timur Tengah.

Sejak hidup di pengungsian, berbagai usaha mereka lakukan agar bisa kembali ke kampung halaman. Mereka tetap berharap kepada aparat negara, mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat.

Terakhir mereka bersambat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka mengirim delegasi dengan bersepeda onthel (pancal) menuju Jakarta.

Suara mereka memang sempat didengar. Presiden SBY turun ke Jawa Timur. Bahkan, Pemprov Jawa Timur membentuk tim rekonsiliasi yang bertugas mempersatukan kelompok Syiah ini dengan para pengusirnya.

Namun, kabar upaya itu itu menghilang pelan-pelan. Yang tersisa tetaplah kabar duka warga Syiah di pengasingan, termasuk kabar pengalaman mereka pertama kali mengikuti pesta demokrasi di pengasingan.

"Alhamdulillah kita semua bisa memilih (dalam pilpres lalu)," ujar Umi Kalsum, istri Tajul Muluk, pemimpin jemaah Syiah Sampang.

Kini, seperti warga umumnya, warga Syiah menanti pengumuman siapa presiden baru, yang akan diumumkan KPU, Selasa (22/1/2014) hari ini.  

"Kami sangat berharap presiden baru mendengar suara kami dan bisa mengakhiri penderitaan," tutur Umi.

Hidup di pengungsian membuat kehidupan mereka serba susah. Warga yang mayoritas petani desa itu kehilangan mata pencaharian.

Mereka tidak memiliki keahlian untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik. Mayoritas mereka, kini menjadi buruh di Pasar Puspa Agro, yang masih satu kompleks dengan rusun. (ben/idl)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com