Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipalsukan, Identitas TKW Yorita yang Dianiaya hingga Lupa Nama

Kompas.com - 16/07/2014, 09:41 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KUPANG, KOMPAS.com
- Terungkap sudah satu persatu perlakuan keji yang dialami Yorita Nomleni (23), tenaga kerja wanita asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, yang dianiaya oleh majikan, polisi dan petugas imigrasi Malaysia saat bekerja di Malaysia hingga lupa nama dan asalnya. Identitas Yorita ternyata dipalsukan oleh calo perekrut TKI.

Suster Emerensiana FMM selaku koordinator rumah harapan suster-suster FMM, yang selama empat bulan menampung serta setia mendampingi Yorita, kepada Kompas.com, Rabu (16/7/2014) mengatakan, nama Yorita dirubah menjadi Fatima Binti Abdulah, berusia 24 tahun dan agama Islam serta berasal dari Jakarta.

“Menurut pengakuan Yorita, dia lari dari rumahnya di Kabupaten TTS dan berangkat ke Jakarta. Sampai di Jakarta, ia bersama dengan teman-temannya yang lain, dipalsukan identitas mereka, baik itu nama, usia dan agama. Setelah semua dipalsukan mereka kemudian diberangkatkan ke Selangor, Malaysia,” jelas Suster Emerensiana.

Selama berada di rumah penampungan Jakarta, lanjut Suster Emerensiana, Yorita bersama temannya yang lain dilarang tidak mengkomunikasi dengan siapa pun.

Sebelumnya diberitakan, Yorita Nomleni (23), tenaga kerja wanita asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, akhirnya tiba di Kupang, NTT, Selasa (15/7/2014), dan akan bertemu kembali dengan keluarganya.

Penganiayaan yang didapatkan Yorita saat bekerja di Malaysia, membuat dia lupa namanya sendiri. Perjuangan Yorita untuk pulang ke kampung halaman ini berliku. Dia mendapatkan bantuan antara lain dari suster-suster FMM, Justice Piece and Integrity Creation (JPIC) SVD Timor, dan JPIC CIJ.

Koordinator Justice Piece and Integrity Creation (JPIC) SVD Timor, Pater Piter Bataona mengatakan, Yorita juga dianiaya oleh polisi dan petugas imigrasi Malaysia.

“Proses pemulangan Yorita ke Indonesia, dilakukan sejak bulan Maret 2014 lalu melalui Batam, Kepulauan Riau dan dia tinggal beberapa saat di Bambu Apus, Jakarta dengan kondisi yang tidak normal," tutur Piter, Selasa (15/7/2014) malam.

Menurut Piter, kondisi Yorita yang tak tahu identitasnya sendiri membuat tempat penampungan pun sempat kesulitan memulangkan perempuan ini. Yorita malah sempat dikirim ke Pontianak, Kalimantan Barat.

Setelah dikembalikan lagi ke Bambu Apus, lanjut Piter, pengelola penampungan itu mengirimkan Yorita ke rumah harapan suster-suster FMM pada April 2014. Lalu pada Juni 2014, Piter dihubungi Suster Emerensiana FMM untuk identifikasi keluarga Yorita. Proses identifikasi oleh Pater Piter di Desa Oinlasi tempat asal Yorita mengalami kendala karena tidak ada satu pun warga yang mengenal Yorita.

Saat itu, identitas Yorita belum diketahui lantaran kartu pengenal resminya disita petugas Malaysia. Yorita kerap dipanggil Yanti selama di Malaysia, dengan identitas yang dipalsukan pula oleh penyalur TKI.

“Proses identifikasi berhasil setelah Yorita sedikit sadar dan memberitahukan nama aslinya kepada suster yang terus berupaya memulihkan kesadarannya," kata Piter.

“Tadi saya yang ditemani Suster Evarista dari JPIC CIJ dan Felixianus Ali dari Padma sudah menjemput Yorita dan Suster Emerensiana FMM di Bandara El Tari, Kupang. Sekarang kami sedang menunggu keluarga Yorita di biara CIJ di Oepoi, Kupang,” ujar Piter.

Saat ditemui Kompas.com, Yorita hanya diam dan menangis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com