Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibantah, Soldaten Kaffe di Bandung Bukan Kafe Nazi

Kompas.com - 27/06/2014, 11:32 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com
- "The Death Of One Man Is A Tragedy. The Death Of Millions Is A Statistic" -Joseph Stallin.

Dua baris kalimat dari Stallin itu akan menyambut Anda ketika memasuki Soldaten Kaffe, sebuah kafe di Jalan Cikawao, Kota Bandung, Jawa Barat yang sempat heboh dan ditutup karena dianggap sebagai kafe Nazi oleh media massa luar negeri dan lokal.

Sebelum membuka gerai baru di Jalan Cikawao, Kota Bandung, pada Sabtu 21 Juni lalu, Soldaten Kaffe, dibuka pertama kali pada tahun 2011 di Hypersquare, Pasir Kaliki, Kota Bandung. Dua tahun berjalan, Soldaten Kaffe ditutup pada tahun 2013, karena dianggap melukai perasaan korban Nazi.

Maklum saja, ornamen, dekorasi serta pernak-pernik yang ada di kafe itu memang didominasi oleh pernak-pernik Nazi.

Namun, di gerai baru di Cikawao, Pemilik Soldaten Kaffe, Henry Mulyana, membantah tudingan yang menyebut kafe miliknya adalah tempat untuk berkumpulnya para penganut paham Nazisme bentukan Adolf Hitler.

Menurut dia, kafe tersebut merupakan realisasi mimpi untuk memamerkan koleksi dan pernak-pernik tentara Jerman pada perang dunia II, terutama pernak-pernik tentara volunteer, Waffen SS.

"Saya suka barang-barang militer Jerman pada perang dunia kedua karena simpel, elegan dan mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dari (barang-barang koleksi) negara lain. Saya kumpulkan dari tahun 2006 dan 2011, saya mau buka kafe tapi enggak tahu dekornya mau seperti apa. Ya, otomatis saya pajang art militer benda-benda koleksi yang saya punya," kata Henry di Bandung, Jumat (27/6/2014).

Bantahan Henry bukan hanya dari kata-kata. Demi meyakinkan publik kalau kafe miliknya bertema perang dunia II, maka hal tersebut dia tunjukkan dari sisi dekorasi. Di dalam kafe yang didominasi warna hitam itu, selain ornamen, pernak-pernik dan poster-poster propaganda tentara Nazi, Henry menambahkan beberapa pernak-pernik tentara negara yang terlibat perang dunia II seperti Amerika, Jepang, Belanda dan lain-lainnya.

KOMPAS.com/Putra Prima Perdana Dekorasi di dalam Soldaten Kaffe, Jalan Cikawao, Kota Bandung, Jawa Barat.
Dinding di seluruh ruangan juga tidak dibuat kosong. Selain kalimat dari Stallin yang terpajang di pintu masuk kafe, beberapa kalimat-kalimat positif dari tokoh-tokoh dunia seperti Winston Churchil, Franklin D Roosevelt serta Adolf Hitler.

"Kita mau pajang tentara Rusia (Uni Soviet) tapi karena ada lambang palu arit maka kami tidak tayangkan karena aturan di Indonesia tidak boleh. Kalau lambang swastika kan, tidak ada larangan sama sekali. Artinya kita bukan mengagung-agungkan Nazi. Nazi itu kan partai politik sementara kita lebih ke army," ucapnya.

Jangan kaget jika masuk ke ruang tengah kafe anda bakal disuguhkan atap yang rusak dan tembok yang jebol bak terkena bom, karena itu merupakan salah satu bagian dari tema dekorasi. Menurut Henry, dekorasi seperti itu dibuat untuk menunjukkan efek dari perang dunia II, di mana seluruh bangunan hancur diterjang bom dan senjata berat lainnya.

Dekorasi seperti ini memperkuat argumen Henry yang memang ingin menunjukkan tema kafe perang dunia II. "Bagian depan kafe saya bikin luxury karena masih bagus. Ruang tengah idenya kena bom, hancur, maka kita bangun kembali seadanya saja," ujar dia.

"Kita riset juga kursi-kursinya. Yang di ruangan depan model Jerman perang dunia kedua. Yang di ruang tengah model Amerika. Makanya kita tidak berarti mengagung-agungkan Jerman doang, konsep kita di perang dunia kedua masuk semua," sambung Henry.

KOMPAS.com/Putra Prima Perdana Dekorasi di dalam Soldaten Kaffe, Jalan Cikawao, Kota Bandung, Jawa Barat.
Jelas benar maksud Henry untuk menghilangkan image Nazi di Soldaten Kaffe yang baru. Namun hal tersebut memang diakui Henry tidak mudah, dan perlu waktu untuk menyosialisasikan ke masyarakat.

Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk datang langsung ke Soldaten Kaffe dan melihat kondisi yang sesungguhnya. Dia berharap, pengunjung kafenya tidak hanya sekadar makan dan minum saja. Tapi, kata Henry, ada pelajaran sejarah tentang perang dunia II yang didapat.

"Soldaten kafe bukan kafe Nazi. Soldaten itu tentara relawan, bukan Nazi. Kita buka lagi dan ingin menunjukkan kalau saya bukan neo Nazi atau Nazi, kita lebih ke militernya. Kalau soal Hitler, siapa sih dia? Bukan mengagung-agungkan Hitler, cuma karena dia adalah tokoh perang dunia yang identik dengan Jerman jadi Nazi ikut kebawa," ungkap Henry.

Nama kafe ini turut mencuat ketika Time.com, menyoroti pemunculan simbol-simbol yang menyerupai identitas Nazi dalam perhelatan politik Indonesia. Salah satu sorotan tersebut tertuju kepada pakaian yang dikenakan oleh musisi Ahmad Dhani dalam video lagu dukungan untuk pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Disebutkan, dalam salah satu bagian artikel itu, tema Nazi pun bahkan digunakan pada sebuah kafe di Bandung, yang kembali dibuka setelah sebelumnya sempat ditutup. Kafe yang dimaksud dalam artikel itu adalah Soldaten Kaffe.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com