Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legitnya Duit dari Madu Pahit di Bangka Belitung

Kompas.com - 16/06/2014, 15:54 WIB

KOMPAS.com - Hampir semua jenis madu terasa manis sehingga ada pepatah semanis madu. Namun, di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, justru ada madu yang diburu karena rasa pahitnya. ”Madu pahit hanya di Bangka Belitung karena di sini ada kayu pelawan,” ujar Kepala Desa Namang Zaiwan.

Bunga kayu pelawan (Tristaniopsis merguensis) menjadi makanan lebah liar besar (Apis dorsata dorsata). Lebah itu bisa ditemukan di sejumlah hutan di Asia Tenggara, tetapi kayu pelawan hanya ada di Bangka. Bahkan, belakangan kayu itu hanya bisa ditemukan secara terbatas di Bangka Tengah.

Salah satu tempat terbanyak tempat kayu itu hidup adalah di Desa Namang. Di lahan sekitar 250 hektar hutan desa, vegetasinya antara lain adalah kayu pelawan. Hutan itu dijaga penduduk desa. Mereka sepakat, tidak boleh menebang pohon di hutan itu. ”Hutan bisa dimanfaatkan tanpa harus mengambil kayunya,” kata Zaiwan.

Sebagai imbalan, warga desa bisa mengambil hasil hutan bukan kayu yang salah satunya berupa madu. Siapa yang pertama kali menemukan sarang lebah berhak memanen madu. ”Sesuai kesepakatan, madu dijual ke badan usaha milik desa,” ujar seorang penjaga hutan, Masyudi.

Kesepakatan itu untuk menjaga kualitas dan harga madu pahit. Jika dijual ke luar desa, dikhawatirkan madu dicampur bahan lain sehingga kualitasnya tidak terjamin. Warga Namang tidak ingin hal itu terjadi.

”Jika tercampur, orang tak mau lagi membeli madu kami,” kata Zainuddin, penjaga hutan, pekan lalu.

Madu pahit memberikan pendapatan tidak sedikit. Di pasaran desa, setiap liter madu pahit dijual rata-rata Rp 800.000. Madu dikemas dengan bungkus menarik dan higienis. ”Jika membeli dari toko resmi desa dengan kemasan resmi, kualitasnya terjamin,” ucap Zainuddin.

Selain itu, pembeli di toko desa resmi juga mendapatkan penjelasan manfaat dan cara meminum madu pahit. ”Jangan seperti minum air, langsung ditelan. Cara minum madu, tahan sejenak di lidah belakang sampai aromanya terasa ke pangkal hidung. Itu membantu menyerap manfaat madu ke saluran pernapasan dan bagian lain kepala,” kata dia lagi.

Beberapa tahun lalu, madu pahit dikemas seadanya. Beberapa pembeli menyarankan agar dikemas lebih baik sehingga pemasarannya bisa diperluas. ”Dulu hanya dimasukkan ke botol bekas sirup atau kecap. Banyak toko menolak saat kami ingin menitip madu dengan kemasan seperti itu,” ujar Zaiwan.

Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah memberi bantuan. Dengan menggandeng bank dan perusahaan, dirancang kemasan lebih baik. Imbalannya, bank dan perusahaan itu menempatkan logonya pada kemasan.

Bantuan juga diberikan berupa pelatihan untuk membiakkan lebah. Beberapa jenis lebah pernah dicoba dikembangkan di hutan Namang. Namun, hanya lebah asli hutan setempat yang bisa bertahan. Akhirnya, semua fokus menyediakan habitat yang kondusif bagi lebah liar.

Beberapa pohon sengaja dipotong dan disusun agar bisa menjadi tempat hinggap dan bersarang lebah yang tersebar di hutan. Selain dekat kayu pelawan, disiapkan pula dekat kayu lain. ”Madu pahit hanya dari (sari bunga) kayu pelawan. Ada juga madu manis dari (sari bunga) kayu rempudung, samak, mesirak, ulas, dan leting,” kata Masyudi.

Harga madu manis lebih murah dibandingkan dengan madu pahit. Setiap liter madu manis dijual Rp 300.000 di toko desa. Kemasannya sama persis dengan madu pahit.

Setiap bulan, rata-rata dipanen 80 liter madu manis dan 50 liter madu pahit. Namun, jumlah panenan itu bergantung pada musim, cuaca, dan bunga aneka kayu yang mekar.

Jamur

Selain madu, warga Namang juga mempunyai andalan lain dari kayu pelawan. Kayu itu menjadi inang bagi jamur pelawan. Jika sedang musim, bisa didapat puluhan kilogram jamur dalam kondisi basah. ”Tidak setiap kayu ada jamur,” ujar Masyudi.

Warga Namang jarang menjual jamur dalam kondisi basah. Selain cepat rusak, harganya lebih murah, yakni Rp 100.000 per kilogram. ”Dalam kondisi kering, paling murah Rp 1,5 juta per kilogram,” tambahnya.

Jamur pelawan yang dikeringkan dapat disimpan dalam jangka panjang. Dengan demikian, bisa dikemas lebih ringkas dan dijadikan buah tangan. ”Jamur ini tidak ditemukan di luar Bangka. Bahkan, sekarang hanya di Bangka Tengah saja bisa didapat jamur itu,” ujar Zaiwan. (kris r mada)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com