Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Air Bersih, Warga Perbatasan Minum Air Sungai Tercemar Kotoran Hewan

Kompas.com - 07/06/2014, 23:32 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com - Warga Dusun Halimuti, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste, terpaksa harus mengkonsumsi air sungai yang tercemar kotoran hewan, lantaran belum memiliki akses ke air bersih.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu, namun perhatian serius dari pemerintah setempat tak kunjung datang. Akibatnya warga hanya bisa pasrah dan terpaksa mengkonsumsi air kotor meski mengancam kesehatan.

Dengan alat seadanya, warga dusun berpenduduk 520 jiwa itu menggali lubang kecil di pinggir sungai demi mendapatkan air resapan yang cukup bersih. Namun tetap saja air yang mereka peroleh sudah tercampur dengan kotoran hewan peliharaan warga.

“Kami tidak punya sumur maupun air keran sehingga setiap hari kami ambil air di sungai yang sudah tercampur kotoran hewan. Air itu kami gunakan untuk pakai minum, masak, mandi dan cuci,” kata Ketua RT 016 Dusun Halimuti, Gabriel Valente yang didampingi dua warga lainnya Mama Sili dan Ratna Seran kepada Kompas.com, Sabtu (7/6/2014).

Masalah semakin pelik kerena air sungai itu, kata Gabriel, hanya bisa bertahan hingga pertengahan Agustus sebelum akhirnya kering. Jika sungai ini kering, maka warga Halimuti terpaksa mencari air bersih ke desa tetangga.

“Kalau air sungai sudah kering, kami bersama warga dusun lain pergi mencari air bersih sampai ke Batu Gade (salah satu wilayah di Timor Leste) yang berjarak enam kilometer. Kadang kami hampir ditangkap tentara dan polisi dari Timor Leste karena hanya mengambil air minum di rumah penduduk di Batu Gade,” kata Gabriel.

Akibat terlalu sering mengkonsumsi air sungai yang kotor, lanjut Gabriel, banyak warga yang terkena penyakit diare, terutama anak-anak. “Dua tahun lalu banyak anak SD maupun SMP yang kena diare dan beberapa orang meninggal dunia karena terlambat ditolong. Begitu pula tahun lalu, dua anak SD meninggal dunia karena diare,” papar Gabriel.

Gabriel pun berharap pemeritah secepatnya memperhatikan masalah yang dihadapi oleh warga yang berada di perbatasan terutama air bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com