Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianiaya Sampai Lumpuh dan Bisu Saat Jadi TKW, Ibu Ini Gantungkan Hidup pada Dua Bocah

Kompas.com - 30/05/2014, 06:15 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Appung (37), seorang tenaga kerja wanita asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengalami penyiksaan fisik oleh majikannya di Malaysia. Akibat penyiksaan tersebut, Appung lumpuh dan bisu. Meski terbata-bata, ia kini mulai kembali bisa bicara.

Appung bekerja di Malaysia sejak September 2013. Dalam kondisi lumpuh dan bisu ini, Appung dipulangkan tanpa mendapatkan haknya sebagai pekerja, seperti gaji dan asuransi. Sekarang, hidupnya menjadi tanggungan dua anaknya yang masih bocah.

Warga Kelurahan Bumi Ayu, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, ini lumpuh dan tak bisa bicara, diduga karena mengalami cedera saraf. Penganiayaan terhadap Appung terjadi setelah dia bekerja pada majikannya selama tiga bulan.

Saat mengepel lantai, Appung tak sengaja menyenggol meja dan menjatuhkan gelas. Majikannya kalap karena ketidaksengajaan itu, lalu mendorong Appung hingga terjatuh dari tangga.

Akibat dorongan itu, Appung pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Namun, dia menjadi lumpuh dan bisu, sekalipun sudah mendapatkan perawatan selama beberapa bulan.

Kini, Appung yang tak tamat sekolah dasar ini tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan menuntut keadilan atas apa yang dialaminya, bertutur soal kronologi peristiwa yang membuatnya berkondisi seperti sekarang pun tak bisa.

"Saya didorong hingga terjatuh ke tangga. Saya beberapa hari sempat tak sadarkan diri dan semula orang menduga saya sudah mati dan nyaris dimasukkan ke dalam peti," ujar Appung.

Appung semula berangkat bekerja ke negeri jiran dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan dua anaknya, Ayu Ramayanti (13) dan Hafid (10). Sekarang, justru dua bocah ini yang harus mengurusi ibunya, dari keperluan sehari-hari hingga mencari nafkah untuk bertahan hidup.

Ayu sepulang sekolah bekerja menjadi pegawai warung sate kaki lima dengan bayaran Rp 10.000 sampai Rp 15.000, tergantung laris atau tidaknya dagangan. Hafid juga bekerja menjadi tukang cuci mobil dengan bayaran Rp 5.000 sehari. Ayu adalah pelajar kelas 1 SMP, sementara Hafid kelas IV SD.

Abdul Rasyid, warga Bumi Ayu, mengaku sudah mengirimkan potret keluarga Appung ke staf Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar. Namun, dia mengatakan, sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah daerah, termasuk dari dinas sosial ataupun dinas kesehatan.

"Saya sudah sampaikan langsung ke orang kepercayaan Bupati Polewali. Namun, alasannya, beliau (Bupati) sedang sibuk dan banyak acara," tutur Rasyid.

Saat ini Appung tinggal berpindah-pindah di rumah warga yang bersedia memberikan tumpangan. Ibu dan dua anak itu sempat tinggal pula di gudang tua, sampai pemilik gudang meminta mereka pindah karena bangunan itu akan direnovasi. Mereka sekarang tinggal di dapur salah satu warga yang prihatin dengan kehidupan ibu dan dua anak ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com