Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Korban Bencana Wai Ela Ikut UN di Tenda Darurat

Kompas.com - 19/05/2014, 16:00 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Sebanyak 110 siswa Sekolah Dasar, korban bencana jebolnya bendungan natural Wai Ela di Desa Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Senin (19/5/2014), mengikuti Ujian Nasional (UN) di tenda-tenda darurat tak jauh dari lokasi tempat mereka mengungsi.

Sebanyak 110 peserta UN dari tiga SD yakni SD Negeri 1,SD Negeri 2 dan SD Inpres Negeri Lima mengikuti UN di dalam 10 tenda darurat yang dibangun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Tengah di lokasi pengungsian.

Meski serba darurat, namun peserta UN tetap tekun dan bersemangat untuk mengerjakan soal-soal yang diterima.

Salah satu peserta UN, Didik Soumena mengaku, meski dalam keadaan darurat namun dia dan teman-temannya tetap bersemangat untuk mengikuti UN.

”Kita tetap semangat saja, yang saya khawatirkan itu jika turun hujan, karena itu pasti akan mengganggu kita dalam mengerjakan soal-soal UN,” ujar Didik.

10 tenda yang dijadikan sebagai sekolah darurat ini dibangun di atas tanah berbatu dan becek, sehingga jika turun hujan air akan menggenangi ruangan kelas dan menghambat proses UN.

“Kondisinya memang tidak nyaman bagi siswa peserta UN, selain karena gelap kalau turun hujan tenda pasti bocor dan air pasti akan menggenangi ruang kelas,” ungkap salah seorang pengawas UN, Apiah Mahu.

Apiah mengaku, di tahun-tahun sebelumnya, tingkat kelulusan peserta UN di Desa Negeri Lima mencapai 100 persen, namun untuk tahun ini dia tidak yakin dengan kondisi yang dialami saat ini angka kelulusan siswa bisa mencapai 100 persen.

”Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan ini saya tidak yakin angka kelulusan akan sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya,” ungkap dia.

Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SD Inpres Negei Lima, Sulaiman Heluth, yang menyebut kondisi sekolah menyebabkan penyerapan pelajaran oleh siswa tidak maksimal.

”Jadi dalam sebuah tenda itu terdapat dua kelas yang digabung dan hanya dibatasi kain, ini kondisinya jadi memang sangat berpengaruh dengan kemampuan penyerapan siswa,” ujarnya.

Meski sudah hampir setahun bersekolah di tenda darurat, namun pemerintah Kabupaten Maluku Tengah belum juga membangun sekolah permanen bagi ratusan siswa di desa itu.

Tokoh pemuda Leihitu, yang juga anggota DPRD terpilih Kabupaten Maluku Tengah, Said Patta mengaku prihatin atas kondisi yang dialami para siswa peserta UN, dia pun mendesak pemerintah Kabupaten Maluku Tengah segera membangun sekolah-sekolah yang hancur di desa tersebut.

“Sekolah-sekolah yang hancur saat bencana harusnya segera dibangun oleh pemerintah, karena jika tidak akan mempengaruhi kualitas belajar siswa. Para siswa di sana harus diperhatikan hak-hak mereka untuk menuntut ilmu secara layak,” ujarnya.

Sekolah darurat untuk siswa korban bencana warga Negeri Lima ini dibangun untuk menampung ratusan siswa dari tiga SD di desa itu setelah sekolah mereka hancur akibat jebolnya bendungan Wai Ela pada Juli 2013 lalu.

Selain tiga SD, satu gedung SMA dan sebuah SMP di desa itu juga hancur dan rata dengan tanah bersama ratusan rumah warga lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com