Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oknum Guru di Palembang Barter Nilai Ujian dengan Seks

Kompas.com - 16/05/2014, 15:14 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com -- Sekolah merupakan tempat terbanyak kedua terjadi pelecehan seksual setelah keluarga. Oknum guru melihat jeli kelemahan siswi yang takut menjelang ujian semester sampai ujian akhir.

Dengan modus bisa membantu agar nilai ujian bagus dan bisa lulus, sampai pemberian sejumlah uang, pelajar lugu akhirnya masuk perangkap.

Ujung-ujungnya, siswi diminta untuk melayani nafsu seks sang guru dan menyerahkan kehormatannya. Beberapa siswi telah menjadi korban oknum guru tersebut. Mirisnya lagi, korban pelecehan seksual ini tidak hanya terjadi pada siswa SMA, tetapi juga SMP, bahkan SD.

Seorang siswi kelas XII SMA di Palembang berjalan pelan mengiringi ibu dan kakak perempuannya naik ke lantai II Kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sumsel beberapa hari lalu.

Remaja berusia 16 tahun yang memakai jilbab dan kaus lengan panjang bewarna coklat itu hanya sesekali berbicara. Ekspresi wajahnya dingin, lebih banyak menunduk sambil mendengarkan orang-orang di sekitarnya berbicara.

Ia mengalami trauma dan kini mendapat pengawasan ketat dari orangtuanya setelah beberapa waktu lalu diketahui telah berhubungan seksual dengan guru sekolahnya di sebuah hotel di Palembang.

Pada pertengahan tahun lalu, korban telah masuk perangkap guru sekolahnya. Mendapat janji kelulusan dan uang Rp 500.000, ia mau saja menerima ajakan gurunya untuk berhubungan badan.

“Tidak ada intimidasi, hanya dijanjikan kelulusan dan nilai. Tapi, ada temannya yang pernah mengaku dapat uang Rp 500.000,” kata ibu korban.

Korban yang mendengar penjelasan ibunya tidak banyak komentar. “Iya,” katanya singkat membenarkan penjelasan ibunya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pihak, gadis ini bukan satu-satunya korban bujuk rayu guru itu. Sebelumnya, sang guru kepada korban mengakui teman dan kakak kelas korban di sekolah itu juga telah menyerahkan kehormatannya.

Modus guru itu tak berbeda jauh, yaitu memberikan uang Rp 500.000 sampai Rp 1 juta serta mengiming-imingi nilai dan kelulusan. Sebelum “memangsa buruannya”, guru itu melakukan pendekatan intensif terhadap korban, mulai dari mencari nomor telepon korban, mengirim SMS, mengajak bertemu, hingga masuk pada tujuan utama untuk mengajak berhubungan seksual.

Meski diduga banyak korban lain, hanya gadis ini yang mau melaporkan masalah itu ke polisi. Proses hukumnya juga sampai sekarang belum dilimpahkan ke pengadilan karena sudah dua kali kejaksaan mengembalikan pengajuan berkas perkara dari polisi.

Pegawai P2TP2A Sumsel sengaja mengundang korban dan keluarga datang ke kantor itu untuk mengikuti konseling bersama Syarkoni, SPsi, MPsi, psikolog dari Rumah Sakit Ernaldi Bahar. Tujuannya untuk mengetahui sebesar apa dampak psikis yang dihadapi korban dan mencari informasi tambahan untuk melengkapi bukti-bukti menjerat pelaku.

Setelah berbincang sejenak di lantai II kantor itu, psikolog mengajak gadis tersebut berbicara di sebuah ruangan lantai I. Sekitar 40 menit kemudian, gantian ibunya yang masuk menemui psikolog di ruangan itu.

Syarkoni, seusai berbincang dengan ibu dan anak itu, tak mau memberikan keterangan rinci. Alasannya terkait dengan kode etik profesionalisme untuk tidak memberitahu permasalahan korban ke orang lain. Sedangkan korban dan keluarganya meninggalkan kantor yang bersebelahan dengan gedung Kementerian Agama Wilayah Sumsel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com