Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Bocah "Tangan Busuk" Belum Berikan Izin Amputasi

Kompas.com - 01/05/2014, 18:34 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com -- Upaya medis tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk mengamputasi kedua tangan Puvelia Audriana Putri (5) terkendala izin dari orangtuanya. Tangan Puvelia saat ini sudah semakin parah akibat digerogoti bakteri ganas, Pseudomonas aeruginosa.

Padahal, sejak dirujuk ke RSHS 65 hari lalu, kedua tangan Puvelia yang sudah busuk menghitam seperti hangus terbakar harus segera diamputasi. "Ada satu kendala, ayahnya sebagai penanggung jawab belum bisa memberikan izin untuk tindakan medis secara tertulis dan resmi," kata Kepala Staf Medik Fungsional (SMF) Ilmu Kesehatan Anak, Djatnika Setiabudi, di RSHS Bandung, Kamis (1/5/2014).

Lebih lanjut Djatnika menambahkan, izin tersebut harus segera didapatkan. Pasalnya, dikhawatirkan infeksi pada kedua tangan Puvelia akan semakin parah.

"Kalau dibiarkan, fungsi normal fisiologisnya akan terganggu. Ini jaringan mati, kalau dibiarkan malah jadi sumber infeksi baru," jelas Djatnika.

Untuk mempercepat izin dari sang ayah keluar, tim khusus RSHS akan jemput bola alias langsung mendatangi sang ayah ke kediamannya. Menurut Djatnika, mendatangi langsung ayah Puvelia merupakan jalan terakhir. Sebab, selama ini RSHS tidak mendapatkan jawaban yang pasti meski sudah dihubungi melalui SMS dan telepon.

"Secara kosmetik juga masa membiarkan anak pulang dalam kondisi begitu, tidak etis," tegasnya.

Diduga akibat jarum infus

Diberitakan sebelumnya, seorang bocah bernama Puvelia Audriana Putri (5) harus menahan rasa sakit di kedua tangannya yang hangus. Bukan karena terbakar, Puvelia diduga menjadi korban malapraktik sebuah klinik di daerah Purwakarta, Jawa Barat.

SH (38), ibunya, mengatakan, tangan anak keduanya yang menghitam terancam diamputasi karena sudah infeksi. Pada awalnya, SH menjelaskan, tanggal 19 Februari lalu anaknya menderita demam dan panas.

"Kemudian saya bawa anak saya ke Klinik EM di Purwakarta, katanya anak saya kena gejala tifus," ujar SH di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, Jumat (21/3/2014).

Setelah diketahui penyakitnya tanpa melalui prosedur pemeriksaan yang benar, menurut penjelasan dari SH, klinik tersebut mengambil langkah untuk menginfus Puvelia dari tangan sebelah kanan.

"Tapi setelah diinfus, tangan kanan anak saya malah bengkak, kemudian dipindahkan sebelah tangan kiri," ujarnya.

Setelah infus dipindah, hal serupa terjadi. Tangan kiri Puvelia ikut membengkak. Meski belum sembuh setelah dirawat tiga hari, SH akhirnya memutuskan untuk membawa anaknya pulang ke rumah pada tanggal 21.

Namun, setelah beberapa hari di rumah, kedua tangan Puvelia yang bengkak semakin membesar. "Seperti tangan orang dewasa," ucapnya.

Pada tanggal 23 Februari, SH kembali membawa anaknya ke klinik untuk meminta pertanggungjawaban. Di sana, dokter membenarkan bahwa tangan P infeksi akibat tusukan bekas infus. Dokter akhirnya memberikan salep dan antibiotik.

Namun, bukan sembuh yang didapat Puvelia. Setelah menenggak antibiotik dan mengoleskan salep, kedua tangan Puvelia berubah menjadi hitam bak terbakar sebatas siku.

Panik dengan apa yang menimpa anaknya, akhirnya SH memboyong anaknya itu ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Hingga hari ini, kondisi kedua tangan Puvelia yang saat ini ditangani oleh tim khusus dari RSHS tidak menunjukkan kondisi membaik. Kedua tangannya malah membusuk.

"Saya cuma ingin anak saya sembuh. Kalau soal menggugat, saya akan bicarakan dengan keluarga," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com