Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerah Listrik "Byar Pet", Mahasiswa Balikpapan Tutup Jalan

Kompas.com - 24/04/2014, 21:08 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Pemadaman bergilir makin parah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Mahasiswa Balikpapan yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pun gerah.

Upaya tutup jalan protokol Jalan Jenderal Soedirman sebagai salah satu bagian dari aksi protes mereka atas kondisi byar pet di kota tersebut saat ini. Aksi itu digelar pada Kamis (24/4/2014), pukul 11.00. Kericuhan pun tak terelakkan akibat upaya tutup jalan itu.

“Pemadaman bergilir yang terjadi di awal dan pertengahan April ini merugikan secara materi dan nonmateri. Dampaknya adalah menurunnya kepercayaan masyarakat pada layanan PLN,” kata koordinator lapangan, Powerman Putra.

Kantor-kantor PLN dimanapun di Kaltim belakangan ini menjadi sasaran kekesalan warga akibat "byar pet" yang tak henti. Tak kecuali kantor PLN Balikpapan di Jenderal Soedirman.

“Masyarakat, terutama industri rumahan atau usaha kecil mikro kecil menengah paling merasakan dampaknya,” kata Putra.

Sekitar 20 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam GMNI Balikpapan menggelar aksi mereka di pintu masuk kantor PLN.

Lama berorasi di sana, mahasiswa itu tak ditemui manajemen PLN. Mahasiswa tak sabar. Mereka menggeser aksi ke jalan protokol yang tak jauh dari kantor PLN. Di sebuah ruas jalan padat kendaraan, mereka berupaya menutup jalan dengan cara mendudukinya. Kemacetan pun tak terhindarkan.

Aksi ini berujung kericuhan. Polisi tarik paksa sejumlah mahasiswa untuk kembali menepi. Polisi memaksa mahasiswa kembali ke pintu masuk PLN. Dalam upaya paksa itu, beberapa di antara mahasiswa tak bisa menghindar dari kekerasan yang dilakukan polisi.

Kericuhan tak lama kemudian mereda setelah polisi memasilitasi pertemuan dan dialog antara mahasiswa dengan manajemen PLN.

PLN tak bisa menjamin

Pihak PLN pun tidak bisa menjamin bahwa "byar pet" tidak akan terjadi lagi dalam waktu dekat di Kaltim, khususnya Balikpapan. Pasalnya defisit listrik di Kaltim masih sangat lebar dan belum ada pembangkit yang mumpuni untuk menutupnya. “Tak seorang pun bisa menjamin,” kata Plh Manager Area Balikpapan, Marsudi.

Kondisi kelistrikan di Balikpapan, tutur Marsudi, adalah bagian kecil dari sistem kelistrikan besar yang disebut Jaringan Mahakam. Tiga kota besar, Balikpapan, Samarinda, dan Tenggarong, mengandalkan pasokan listrik dari jaringan yang memiliki kemampuan suplai 310 Mwatt hingga 320 Mwatt ini. Kemampuan suplai ini masih jauh dari kebutuhan listrik masyarakat sebanyak 340 hingga 370 Mwatt. “Bisa sampai selisih sekitar 40 Mwatt,” kata Marsudi.

Marsudi mengakui, selisih yang besar itu menyebabkan "byar pet" tak terhindarkan. Belum lagi diperparah oleh hambatan karena faktor lain, seperti perawatan rutin, hingga faktor cuaca dan alam. “Pemadaman bergilir tidak terhindarkan,” katanya.

PLN, kata Marsudi, bukan berarti tak memiliki jalan keluar. Penambahan daya dengan membangun pembangkit listrik dinilai sebagai jalan keluar paling jitu. Perusahaan plat merah ini akhirnya membangun beberapa pembangkit untuk menutupi defisit yang ada. Dua pembangkit bernama pembangkit Peaking dan Senipah menjadi andalan untuk menuntaskan persoalan panjang kelistrikan Kaltim.

“Peaking memiliki kemampuan 2x70 Mwatt. Salah satu pembangkitnya kini memasuki tahap commisioning. Secara teori, salah satu pembangkit Peaking masuk jaringan PLN pada awal Mei 2014. Senipah 2x41Mwatt, ditarget masuk jaringan pada Juni 2014. Dengan masuknya semua pembangkit ke jaringan Mahakam, maka ada surplus listrik. Bahkan industri pun bisa mendapat pasokan listrik,” kata Marsudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com