Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Penambangan Liar di Danau Serantangan, Singkawang

Kompas.com - 05/04/2014, 20:23 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

SINGKAWANG, KOMPAS.com – Suara gemuruh mesin penyedot emas sahut menyahut menggema diiringi asap hitam yang keluar dari lubang pembuangan.

Air keruh pun tampak mengalir keluar dari pipa yang dialirkan ke wadah penyaringan yang sudah dialasi karpet berbahan kain tebal.

Perlahan para pekerja berbagi tugas, ada yang memberi aba-aba, ada yang memegang pipa, dan ada juga yang menjaga di wadah penyaring.

Air yang bercampur lumpur dan pasir itu pun kemudian dialirkan ke wadah penyaring, berharap campuran tersebut membawa kandungan emas.

Panas terik bahkan hujan tak mereka hiraukan. Sebagian kulit para pekerja tersebut terlihat kehitaman, akibat bergumul dengan air dan panas terik matahari.

Dari wadah penyaringan, karpet tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kolam buatan dari terpal berukuran 3x2 meter. Di kolam itulah mereka mendulang kembali pasir dan lumpur yang disedot, berharap hasil yang menggembirakan.

Begitulah kiranya gambaran aktivitas para pekerja tambang emas di Danau Serantangan, Desa Sagatani yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Seribu pekerja
Mulai dari pagi hingga sore para penambang liar bekerja, pindah dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain, untuk mendapatkan butiran emas. Pekerjaan yang penuh risiko ini pun mereka jalani demi mendapatkan rupiah.

Jumlah mereka pun tidak bisa dibilang sedikit. Setidaknya ada ratusan set mesin yang biasa disebut 'dompeng' untuk menyedot emas beroperasi di Danau Serantangan, dengan jumlah pekerja mencapai lebih dari seribu orang.

Setiap satu set mesin dikerjakan oleh enam hingga tujuh orang pekerja. Tidak mudah untuk sampai ke lokasi penambangan liar ini. Satu-satunya cara yang ditempuh menuju danau hanya menggunakan perahu motor.

Tidak ada trasportasi lain yang digunakan dalam kawasan penambangan. Luas lokasi yang mencapai 400 hektar itu pun rusak dan tercemar akibat aktivitas penambangan emas liar tersebut.

Bahkan menurut salah satu bos 'dompeng' atau pemilik mesin, areal tersebut sudah dibuka untuk pertambangan emas ilegal sejak 20 tahun silam. Saat itu menurutnya hanya warga sekitar saja yang mencari emas di situ, namun lama kelamaan semakin banyak orang luar Singkawang yang mengadu nasib mencari emas di Danau Serantangan.

Tercemar
Kawasan yang semula hutan pun berubah menjadi hamparan padang pasir dan kolam raksasa. Air danau yang dulunya jernih juga ikut tercemar akibat aktivitas tersebut.

Sejauh ini, para pekerja menyadari aktivitas yang mereka lakukan adalah ilegal, karena melakukan aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) yang dikelola atau dimiliki bos mereka secara perorangan di lokasi ini.

Hidup para pekerja ini bergantung dari hasil emas yang diperoleh, yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com