Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/03/2014, 09:48 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com — Sejak modifikasi cuaca dilakukan satu bulan lalu, sebanyak 88,9 ton garam telah ditaburkan ke awan di atas Riau guna membuat hujan buatan. Namun, aktivitas itu belum melenyapkan kabut asap di Riau. Padahal, penyiraman dari udara terus dilakukan.

Dalam empat hari terakhir, asap tipis masih menyelimuti Kota Pekanbaru dan sekitarnya. Satelit NOAA pada 27 Maret mendeteksi jumlah titik api (hotspot) di Riau sebanyak 173 titik dan turun menjadi 121 titik pada Jumat (28/3). Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan Selasa yang hanya 41 titik dengan konsentrasi di Riau bagian utara dan timur, seperti Dumai, Bengkalis, Rokan Hilir, dan Siak.

Komandan Penerangan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Asap Riau Kolonel (Inf) B Robert, Jumat sore, mengatakan, saat ini satgas masih memiliki persediaan 17,1 ton garam. Namun, sebelum persediaan habis, garam tambahan dipastikan sudah tiba di Pekanbaru. ”Upaya penyemaian terus dilakukan. Fokusnya di daerah yang masih banyak titik api,” ujar Robert di Pos Komando Satgas Penanggulangan Bencana Asap, Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.

Jumat siang, satgas mendapat tambahan satu helikopter Bell dari Jakarta. Secara keseluruhan ada 10 pesawat yang dilibatkan dalam penanggulangan asap dan kebakaran, termasuk Hercules milik TNI, Cassa, serta helikopter Sikorsky, Kamov, dan Bolco yang bertugas menyiram air dari udara.

Pembakar diburu

Menurut Robert, pihaknya bekerja keras mengatasi kabut asap, menemukan titik api dan memadamkannya, serta memburu pembakar lahan. Pada pemadaman 14-23 Maret, upaya itu berhasil. Titik api yang terdeteksi tinggal 1 titik dan kabut asap hampir lenyap. Namun, beberapa hari ini jumlah titik api naik lagi. Penyebabnya dua faktor, yakni kondisi alam dan perilaku orang yang masih membakar lahan.

Agus Wibowo, Kepala Bidang Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengatakan, hujan yang turun tidak lepas dari menghilangnya siklon Gillian dan aktivitas penaburan garam yang terus dilakukan oleh satgas.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo mengatakan, sudah ada 18 tersangka kasus pembakaran lahan yang berkasnya dinyatakan lengkap oleh tim jaksa penuntut umum.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Abetnego Tarigan menyoroti pernyataan Presiden tentang kendali operasi penanganan kebakaran Riau untuk pengerahan tentara dan aparat sebagai operasi militer nonperang. Hal ini dinilai rentan disalahgunakan aparat untuk menggusur dan mengkriminalisasi masyarakat adat. Respons itu akan menambah penderitaan masyarakat.

Koordinator Konservasi Gajah dan Harimau WWF Indonesia Sunarto mengatakan, kebakaran hutan dan lahan telah melukai rasa keadilan masyarakat. (WER/AIK/ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com