Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Dirazia, Jual Beli Satwa Lindung Pindah ke "Online" (4)

Kompas.com - 12/03/2014, 18:10 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com
- Jual beli satwa langka dinilai makin marak di Jawa Timur. Jual beli berlangsung terang-terangan di sejumlah pasar burung di kota-kota besar, seperti Surabaya, Sidoarjo hingga Malang (baca: Satwa Langka Marak Diperjualbelikan di Jawa Timur (1).

Sebagian dari mereka yang terlibat adalah pemain lama. Mereka pernah dibui karena penjualan satwa langka. Namun, kembali terjun ke bisnis tersebut setelah keluar dari bui (baca: Masuk Bui Tak Bikin Pedagang Satwa langka Jera (2). Berbagai satwa langka diperjualbelikan, seperti burung nuri kasturi (Lorius lori) dan beo (Dracula religiosa), kucing hutan dan monyet. Sementara itu, di Banyuwangi, hiu jadi incaran (baca: Hiu Paling Favorit untuk Diburu di Banyuwangi (3). Dalam kisah selanjutnya, Surya mencatat, banyak transaksi pindah ke online karena razia kerap dilakukan.

Banyak jalan menuju Roma. Seolah-olah seperti itulah gerak para penjual satwa yang dilindungi. Ketika petugas gencar merazia perdagangan satwa lindung di pasar, para pedagang langsung memindah jalur transaksi via online. Saat ini, jalur online bahkan menjadi favorit, karena dinilai lebih aman.

Rosek Nursahid, Chairman ProFauna Indonesia, mencatat sepanjang Februari 2013, ada 222 iklan yang menawarkan satwa lindung di internet. Iklan-iklan ini umumnya dipasang di jejaring sosial seperti facebook dan forum-forum seperti kaskus.

Yang dijual online ini beraneka jenis satwa lindung, termasuk elang, kukang, trenggiling, kakatua, dan primata jenis owa. Ada pula organ tubuh satwa, seperti gading gajah dan kulit harimau.

“Secara keseluruhan, rata-rata setiap bulan muncul 200 iklan penawaran seperti ini,” jelas Rosek.

Upaya pencegahan transaksi online, lanjutnya, tidak mudah. Apalagi, bila iklan dipasang di jejaring sosial atau forum.

“Di kaskus, misalnya, admin baru memblokir iklan penjualan satwa langka setelah kami buat laporan. Sistem mereka belum dirancang otomatis memblokir iklan-iklan seperti itu,” tuturnya.

Berbeda dengan situs jual-beli atau toko online seperti tokobagus.com atau berniaga.com. Dengan tokobagus, misalnya, ProFauna telah menjalin kerjasama sehingga setiap iklan satwa lindung langsung difilter dan diblokir.

Pedagang online juga sulit ditangkap, karena umumnya mereka menolak bertemu langsung dengan pembeli. Mereka biasanya meminta calon pembeli mentransfer uang lebih dulu, setelah itu barang baru dikirim.

Pengiriman barang, biasanya dilakukan melalui jasa kurir atau agen travel. Sopir agen perjalanan inilah yang nantinya mengantar barang langsung ke rumah pembeli. Dengan demikian, selain barang terkirim aman ke pembeli, sopir travel juga diuntungkan karena mendapat komisi dari transaksi itu.

Untuk mencegah agar hal itu tidak terjadi, perlu ada kerjasama antara otoritas yang melindungi satwa langka dengan agen-agen perjalanan atau perusahaan-perusahaan jasa pengiriman barang. Perlu ada komitmen dari mereka untuk memeriksa kemungkinan adanya transaksi satwa liar.

ProFauna sendiri saat ini tengah mengupayakan adanya kerjasama dalam memeriksa barang kiriman. Kalau kiriman itu berupa satwa lindung, pihak agen perjalanan atau jasa pengiriman harus menolaknya. Kecuali kalau satwa itu memang dilengkapi dokumen atau surat-surat resmi.

Penyidik PNS Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BB KSDA) Jawa Timur, Sumarsono mengakui bergesernya transaksi jual-beli satwa lindung dari jalur manual ke online. Itu sebabnya, lanjut Sumarsono, pihaknya kini juga meningkatkan porsi pengawasan di dunia maya.

”Dari pemantauan itu, belum lama ini kami berhasil menangkap dua pedagang satwa lindung lewat transaksi online. Mereka masing-masing menjual binturung (Arctictis binturong) dan burung merak (Pavo muticus),” imbuhnya. (ben/idl)


Bersambung: Bahkan Satwa Sakit Pun Ikut Dijual (5)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com