"Warga sudah tidak nyaman dan merasa terancam dengan keberadaan TK-SD Darusunnah, terutama setelah kejadian penyerangan kemarin," kata Joko Budiyanto, salah satu tokoh Kampung Nitipuran, Senin (3/3/2014).
Budianto menuturkan, sebelum kejadian penyerangan, ada wali murid yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi setiap kali mengantar dan menjemput salah satu pelajar di sekolah tersebut. Ketika diperingatkan oleh salah satu warga, wali murid tersebut menantang.
"Mereka tidak pernah menyapa. Teguran sudah berulangkali, bukan mengindahkan malahan ada yang menantang," ucapnya.
Kemudian, warga didatangi oleh 50 orang bercadar yang menggunakan senjata tajam beberapa waktu lalu. Budianto menduga, kejadian ini terkait dengan teguran warga tersebut.
Dugaan ini diperkuat dengan ciri-ciri pelaku yang dapat dikenali oleh warga. Selain itu, menurutnya sudah selama tiga tahun TK-SD Darusunnah tidak pernah mengadakan upacara bendera dan mengajarkan mata pelajaran Pancasila. Menurut Budianto, justru yang diajarkan di pesantren itu mengarah ke ajaran garis keras.
"Apapun hasil mediasinya, warga tetap mendesak agar ditutup," tegasnya.
Sementara itu, Kapolres Bantul AKBP Surawan mengatakan, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan pimpinan pesantren dan menyatakan bersedia untuk bermediasi.
"Proses hukum bagi pelaku perusakan tetap akan diteruskan. Jadi Kami meminta agar pimpinan pondok pesantren juga terbuka dan membantu polisi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.