Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-erupsi Kelud, Penjual Jasa Pembersihan Atap Marak

Kompas.com - 25/02/2014, 19:53 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis


KEDIRI, KOMPAS.com
- Banyaknya rumah yang atapnya dipenuhi abu vulkanis muntahan erupsi Gunung Kelud, menjadi peluang usaha bagi sekelompok orang. Mereka membuka usaha jasa pembersihan atap rumah.

Seperti yang dilakukan oleh Budi (35), warga Kota Kediri, Jawa Timur ini. Pasca-erupsi Kelud 13 Februari 2014 lalu, dia sudah melayani pembersihan atap belasan rumah.

Budi menjalankan usahanya itu seorang diri dengan didukung beberapa peralatan seperti tangga, sapu, pipa paralon, serta selang air.

Selain itu, ada juga peralatan yang dia buat khusus untuk memperlancar pekerjaannya, yaitu alat garuk dari kayu yang ukurannya disesuaikan dengan lekuk genteng maupun asbes.

Budi mempunyai beberapa alat garuk hasil modifikasinya itu. Dengan peralatan sederhana tersebut, ia dapat leluasa membersihkan atap rumah.

Waktu pengerjaannya tergantung besar kecilnya rumah yang dibersihkan. Untuk ukuran rumah seluas 36 meter, ia mampu mengerjakannya dalam waktu kurang dari sehari.

Upah jasa pembersihan atap juga bervariasi, dihitung berdasarkan tingkat kesulitan. Rata-rata membersihkan atap rumah tipe 36, ia menarif Rp 450.000. Sedangkan untuk rumah besar atau bertingkat, ongkosnya bisa mencapai jutaan rupiah.

"Pemilik tahunya sudah bersih atapnya dan bersih abu yang jatuh di bawahnya," kata Budi, Selasa (25/2/2014).

Para pemilik rumah juga tidak perlu menyiapkan makan untuknya. Uang makan sudah dimasukkan ke upah. "Kalau cemilan sih terserah yang punya rumah," katanya.

Sunarto, penjual jasa bersih atap lainnya, menyasar bangunan pasar sebagai kliennya. Ia menetapkan tarif Rp 50.000 untuk membersihkan atap kios ukuran 3x3 meter yang ada di pasar. Setiap harinya, Sunarto mampu membersihkan 5 hingga enam kios.

Keberadaan para pembersih atap itu cukup bermanfaat bagi warga. Rata-rata mereka memanfaatkan jasa para pembersih atap karena masalah waktu dan faktor lain seperti takut ketinggian.

"Lagian kalau tidak segera dibersihkan, kalau hujan tiba, bisa ambruk atapnya. Kalau ambruk, biaya renovasi lebih mahal dari ongkos membersihkan atap," kata Fasichuddin, seorang warga.

Pekerjaan membersihkan atap dari abu vulkanis, bukan pekerjaan tanpa risiko. Data yang dihimpun dari tiga rumah sakit yang ada di Kota Kediri, mulai 14 hingga 20 Februari 2014, setidaknya ada 357 pasien yang dirawat karena jatuh dari atap saat membersihkan abu. Bahkan tiga di antaranya meninggal dunia.

Kecelakaan saat membersihkan atap juga menimpa dua orang pekerja pada Senin (24/2/2014), di Kelurahan Kaliombo. Satu orang meninggal dunia dan satu orang dirawat di rumah sakit karena tersengat aliran listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com