Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Keberuntungan di Vihara Tertua di Pulau Belitung

Kompas.com - 22/02/2014, 16:14 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah kompleks vihara tua seluas dua hektare berdiri di atas bukit Desa Manggar, Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Empat bangunan di kompleks Vihara Dharma Jaya Taosebio terhubung dengan puluhan anak tangga.

Paduan batu vulkanik sebesar mobil serta pepohonan di sekitarnya menjadikan vihara tertua di Pulau Belitung itu asri dan nyaman.

Menurut penuturan seorang penjaga, vihara ditemukan pertama kali pada tahun 1747. Tak jelas siapa yang mendirikan. Tak lama setelah penemuan vihara, warga setempat menemukan sebuah patung perempuan berbahan keramik di pantai, tidak jauh vihara itu. Belakangan, warga baru mengetahui sosok di patung itu adalah Dewi Kwan Im.

"Patung Dewi Kwan Im tergeletak begitu saja di pantai. Akhirnya dibawa ke sini sama warga sekitar sini," ujarnya.

Namun, tak ada warga sekitar yang bisa memastikan cerita soal penemuan patung tersebut. Kisah itu diceritakan secara turun temurun, bak cerita rakyat. Seiring dengan perkembangan Buddha di Belitung, warga banyak yang datang ke vihara itu untuk berdoa.

Umat pun 'patungan' membeli patung dewa untuk ritual doa, yakni Dewa Kwang Kung atau dewa perang serta Dewa Ku Ti Pa Kung atau dewa bumi. Pada tahun 1987, ketika komunitas Tionghoa di Belitung telah cukup banyak, vihara tersebut direnovasi total.

Tak ada lagi yang tersisa dari bangunan lama. Hanya patung Dewi Kwan Im di dalam vihara serta batu-batuan besar di luar Vihara. Memohon

Ramalan

Bangunan utama, di mana Dewi Kwan Im 'bersemayam', berada di bukit paling tinggi. Bangunannya lebih mencolok saat dilihat dari bawah karena lebih besar.

Di dalamnya, siapapun bisa mencoba meminta ramalan kepada Dewi Kwan Im tentang karir dan jodoh. Menurut sang penjaga, ribuan orang dari berbagai suku dan agama pernah mencoba ramalan dari sang dewi.

Kompas.com yang berkunjung ke vihara tersebut bersama Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, pertengahan Februari 2014 lalu, tertarik mencoba ramalan sang dewi. Puluhan kayu panjang seperti sumpit namun pipih diletakkan di gelas kayu berukuran besar. Di tiap kayu itu, terdapat tulisan berhuruf China yang menandakan keberuntungan sang pemohon.

Caranya, pemohon mengocok gelas berisi kayu itu secara teratur. Lama- kelamaan, satu kayu yang menggambarkan peruntungan sang pemohon keluar dari gelas. Sambil mengocok gelas, sang pemohon diminta mengucapkan maksud kepada sang dewi.

Setelah mendapat satu kayu ramalan, pemohon harus melewati ujian kedua, yakni melempar sepasang batu giok ke lantai. Jika dua batu giok menunjukkan satu tertutup dan satu lagi terbuka, maka ramalan bisa disampaikan kepada sang pemohon.

Sebaliknya, jika dua batu giok tertutup atau terbuka keduanya, berarti Dewi Kwan Im belum bersedia memberi ramalannya.

Ada beberapa pengunjung yang tiga kali mencoba, tetapi tiga kali juga gagal. Bahkan ketika mencoba yang keempat kali, batu gioknya selalu saja jatuh dalam posisi tertutup dua-duanya.

Sedangkan Kompas.com cukup beruntung. Dewi Kwan Im memberi ramalannya dalam satu kali percobaan saja. Apa ramalannya?

"Nonjolnya nama yang berjasa adalah bagian anda. Subur dan jaya di masa depan sudah ada kesempatan dan kepastian. Rembulan bulat akan terbit malamnya cap go. Keseluruhan langit akan tersorot cahayanya."

Kalimat ramalan itu kurang bisa dipahami. Namun, sang penjaga vihara menepuk pundak Kompas.com sambil tersenyum. "Ciam Si nomor 8 ini paling baik. Anda akan berhasil atas apa yang anda mau," katanya.

Percaya atau tidak, semuanya tentu saja dikembalikan kepada sang pemohon. Yang jelas, Vihara Dharma Jaya Taosebio atau Kelenteng Dewi Kwan Im ini menjadi saksi perkembangan agama Buddha di Pulau Belitung yang mayoritas warganya muslim dan kini menjadi tempat wisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com