Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Ambon Kenang 340 Tahun Tsunami Dahsyat

Kompas.com - 18/02/2014, 22:18 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis


AMBON, KOMPAS.com - Sekitar seratus warga dari berbagai komunitas sastra dan seni di Ambon Selasa (18/2/2014) malam berkumpul di sebuah kafe sederhana tepatnya di titik nol Kota Ambon sambil menggelar refleksi mengenang 340 tahun bencana Tsunami di Ambon yang terjadi pada 17 Februari 1674 silam.

Kegiatan ini dihadiri sejumlah komunitas sastra dan seni di Ambon seperti Bengkel Sastra, Perempuan Sore, Komunitas Rumpius, PPSWA Kanal dan sejumlah komunitas lainnya.

Dalam kegiatan itu, para seniman dan sastrawan ini turut mengheningkan cipta untuk mengenang meninggalnya ribuan warga Maluku yang menjadi korban gelombang tsunami 340 tahun silam.

Selain mengheningkan cipta, para sastrawan dan seniman ini juga membacakan sejumlah puisi serta menyanyikan sejumlah lagu. Mereka juga membacakan perjalanan singkat kisah tokoh George Evehard Rumpius asal Jerman yang hampir sebagian besar hidupnya dihabiskan di Maluku dan banyak menulis tentang sejarah Tsunami di Maluku.

Koordinator kegiatan tersebut, Piere Adjawaila kepada wartawan mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan tak lain untuk mengenang 340 tahun bencana gempa dan tsunami Ambon yang memakan banyak korban jiwa.

Menurutnya, kegiatan ini juga sengaja dilakukan untuk mengingatkan kepada pemerintah di Maluku agar lebih tanggap dan waspada karena Maluku merupakan salah satu daerah rawan bencana di Indonesia.

“Selain untuk mengenang ribuan korban jiwa akibat tsunami Ambon, kita ingin mengingatkan semua orang di Maluku, termasuk pemerintah agar lebih waspada karena Maluku ini daerah rawan bencana gempa dan tsunami," ujarnya.

Inisiator Komunitas Rumpisu Ambon M Azis Tunny mengatakan, refleksi yang dilakukan ini baru pertama kali digelar. Dia mengungkapkan apa yang dilakukan pihaknya tak lain untuk mengingatkan kepada semua warga di Maluku bahwa pernah terjadi musibah besar yang merenggut ribuan nyawa masyarakat pada 3 abad yang lalu.

“Jadi spirit kita untuk melawan lupa. Bahwa semua orang Maluku di manapun berada harus tahu di Maluku pernah terjadi gempa dan tsunami yang sangat besar," ujarnya.

Menurutnya, dalam catatan Rumpius, gempa yang terjadi di Ambon 340 tahun lalu menyebabkan 2.322 warga yang tersebar di Pulau Ambon, Pulau Buru, Pulau Seram dan Ambalau serta Buano meninggal dunia. Dia juga mengungkapkan sejak tahun 1600 hingga 2011, dari total 110 gempa dan tsunami di Indonesia, 62 di antaranya terjadi di Maluku.

“Jadi Maluku ini memang daerah rawan bencana. Dan kegiatan ini kita lakukan sekaligus untuk mengingatkan pemerintah untuk lebih waspada lagi,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com