Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Ungkap Alasan Risma Diduetkan dengan Wisnu

Kompas.com - 18/02/2014, 13:31 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Ahmad Basarah membuka alasan keputusan menduetkan Tri Rismaharani dengan Wisnu Sakti Buana sebagai pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya.

Menurut Basarah, keduanya diduetkan untuk memperbaiki hubungan yang menegang sebelumnya akibat isu pemakzulan.

"Untuk mengisi kekosongan posisi wakil wali kota, ada kekuasaan penuh partai pengusung dan kami putuskan menugaskan Wisnu di situ karena dia Ketua DPC Kota Surabaya. Dengan mendorong Wisnu itu, kami harap hubungannya akan semakin harmonis. Kami harap mereka bisa bersinergi," ujar Basarah di Kompleks Parlemen, Selasa (18/2/2014).

Basarah juga menyatakan posisi Wisnu sebagai wakil dari Risma adalah untuk mendukung tugas wali kota. Terkait dengan tekanan yang dihadapi Risma, dia berharap agar Risma bisa bertahan.

"Ini ujian bagi Bu Risma untuk jadi pemimpin yang lebih besar lagi. Setiap pemimpin pasti akan dapat tekanan yang sama," imbuh Basarah.

Anggota Komisi III DPR itu berharap agar Risma bisa menyelesaikan tugas hingga akhir jabatan. Jika Risma berhenti di tengah jalan dengan alasan yang tidak bisa diterima masyarakat, itu akan berdampak buruk bagi citra Risma.

Basarah pun yakin Risma tidak akan mundur dari posisinya sebagai wali kota. "Semua kan yang memutuskan adalah partai. Baik Bu Risma dan Pak Wisnu, semua statusnya menjalankan perintah partai," katanya.

Politisi PDI-P Arif Wibowo menambahkan, kini konflik yang terjadi di internal PDI-P Jawa Timur sudah selesai sejak PDI-P akhirnya memutuskan melakukan konsolidasi pada tahun 2013 terkait persoalan di Jawa Timur.

"Jadi, masalah itu sudah selesai semuanya," kata Arif.

Seperti diberitakan, hubungan yang tidak harmonis berembus di kalangan Pemerintahan Kota Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani dikabarkan tidak cocok dengan wakilnya yang baru dilantik Wisnu Sakti Buana.

Risma pun sempat mempertanyakan soal keabsahan pelantikan Wisnu menjadi wakilnya. Wisnu yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua DPRD Surabaya itu menggantikan posisi Bambang Dwi Hartono yang mundur untuk maju pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur pada 2013 lalu.

Wisnu dipilih dalam forum paripurna anggota DPRD Surabaya yang sempat alot karena tarik ulur kepentingan politik di internal DPRD Surabaya, November 2013 lalu.

Wisnu juga merupakan Ketua DPC PDI-P Surabaya. Setelah pelantikan Wisnu, Risma sempat tak menunjukkan batang hidungnya di Pemkot Surabaya.

Kabar perseteruan anatara Risma dan Wisnu pun semakin kuat. Bahkan, ada yang menyebutkan Wisnu dipersiapkan untuk menggeser posisi Risma.

Kegamangan Risma
Di dalam wawancara program Mata Najwa yang tayang di Metro TV pada Rabu (12/2/2014) lalu, Najwa Shihab, pemandu acara, mengorek seputar isu pengunduran diri Risma sebagai Wali Kota Surabaya.

Meski tak menjawab lugas, Risma menunjukkan kesan melalui ekspresi wajahnya bahwa ia menghadapi tekanan terkait tanggung jawabnya sebagai wali kota.

Risma sempat menangis saat bertutur tentang kisah anak-anak yang menjadi pekerja seks komersial di kawasan Dolly, Surabaya.

Sambil terisak, Risma tak kuasa menjawab pertanyaan Najwa tentang apa yang terjadi dengan remaja perempuan yang ia jumpai di sana. "Saya tidak tega," katanya terbata. Air matanya menetes.

Risma kembali tak menjawab secara lugas ketika Najwa kembali melontarkan pertanyaan mengapa Risma punya keinginan mundur sebagai wali kota.

Ia hanya terdiam. Wajahnya terlihat murung. Ia bahkan tak berani berjanji untuk mengurungkan niatnya mundur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com