"Pihak yang melarang acara bedah buku Tan Malaka itu seharusnya diberi sanksi oleh Pemerintah Indonesia, baik melalui atasannya jika oknum yang melarangnya itu intel polisi," jelas Harry A Poeze kepada Kompas.com saatditemui seusai mengisi bedah karangannya di ruang teater Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Rabu (12/2/2014).
Sebelumnya, acara bedah buku Tan Malaka terpaksa batal digelar di Surabaya. Alasannya, kegiatan tersebut ditentang oleh Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur. Ketua Bidang Nahi Munkar FPI Jawa Timur, KH Dhofir, menilai Tan Malaka adalah tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Oleh karena itu, ia menilai bedah buku Tan Malaka lebih baik digelar di kampus karena kampus adalah tempat untuk belajar, dan buku tersebut dapat dikaji secara ilmiah.
"Kalau digelar di tempat umum kan sama saja dengan mengajak orang untuk berbuat tidak benar," kata Dhofir.
Sementara itu, Harry menilai, pelarangan buku hasil penelitiannya selama 42 tahun itu melanggar hak asasi manusia (HAM) dan tidak seharusnya terjadi di Indonesia. Selain itu, dia menilai Tan Malaka adalah salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia. "Tan Malaka adalah revolusioner dan pahlawan kemerdekaan Indonesia. Apa salahnya dibedah," katanya.
Menurutnya, pelarangan bedah buku Tan Malaka oleh polisi dan intel Surabaya karena ada tekanan dari pihak lain. "Pihak intel polisi melarang karena ada tekanan dari pihak lain. Seharusnya atasannya atau Pemerintah Indonesia memberi sanksi," tegasnya.
Teladan Tan Malaka
Sementara itu, acara bedah buku Tan Malaka yang berlangsung di kampus Universitas Brawijaya itu dihadiri ratusan mahasiswa dan para dosen dari berbagai perguruan tinggi di Kota Malang. Peserta terlihat antusias dan serius mendengarkan penjelasan Harry soal perjuangan Tan Malaka di Indonesia.
"Sosok Tan Malaka harus menjadi contoh dan teladan bagi generasi muda Indonesia. Semangatnya membela bangsa Indonesia cukup luar biasa," katanya.
Relevansi perjuangan Tan Malaka untuk anak muda saat ini pada sisi komitmen perjuangannya untuk membela bangsa. "Tanpa melihat bahaya dan ia adalah seorang revolusioner yang diburu. Ia seperti Che Guevara," jelasnya.
Harry menilai, untuk mencari sosok Tan Malaka di Indonesia saat ini terbilang sangat sulit.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.