Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MUI: Shalat Berhadiah Innova Rentan Diskriminasi dan Bias Jender

Kompas.com - 10/02/2014, 14:39 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Provinsi Bengkulu, Rohimin mengingatkan Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan bahwa pemberian hadiah haji, umrah, dan mobil Toyota Innova bagi masyarakat yang rajin shalat berjemaah rentan diskriminasi dan bias jender.

Hal itu akan terjadi jika esensi dari kebijakan itu tak disampaikan. "Niat Wali Kota bagus, namun harus diperhatikan kesetaraan beragama, bagaimana dengan penganut agama lain selain muslim, harus ada solusi, sehingga tidak ada diskriminasi, demikian juga dengan kesetaraan jender," kata Rohimin saat ditemui di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, Senin (10/2/2014).

Dalam syarat untuk mendapatkan hadiah tersebut dijelaskan, warga harus melakukan shalat dzuhur berjemaah di Masjid At-Taqwa sebanyak 42 kali berturut-turut untuk mendapatkan hadiah umrah, dan selanjutnya 52 kali diberangkatkan haji. Jika konsisten, warga akan mendapatkan mobil pribadi milik Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan, yaitu Toyota Innova.

Rohimin menegaskan, kalau harus berturut-turut, bagaimana dengan jemaah perempuan yang tiap bulan mendapatkan menstruasi, tentu tidak dapat shalat berjemaah. "Ini yang saya sebutkan bias kesetaraan atau istilah sekarang bias jender. Dalam Islam tidak ada pengecualian seperti itu. Artinya, khusus untuk jemaah perempuan harus ada aturan tersendiri, jangan disamaratakan dengan pria," lanjut Rohimin.

Menurut Rohimin, yang paling penting dilakukan agar niat baik Wali Kota itu tidak bias dan dapat mengarah pada ria (sombong), syirik, atau menyimpang karena mungkin jemaah shalat hanya ingin dapat hadiah. Maka, pemahaman kognitif akan kebijakan itu disosialisasikan oleh Wali Kota.

"Dalam agama itu kan hal yang paling utama dilakukan dalam sebuah ibadah adalah pemahaman (kognitif), lalu afektif (sikap dan nilai), lalu pada psikomotorik dalam artian kesadaran, bukan pada iming-iming tertentu, termasuk hadiah," papar dia.

"Kita menginginkan Wali Kota menjelaskan bahwa hadiah tersebut merupakan rangsangan agar kesadaran religius masyarakat meningkat, begitu juga dengan umat beragama lain," sambungnya.

Membangun religiusitas tidak cukup pada ajaran agama saja, tetapi adat istiadat juga harus diperhatikan dan dihargai agar cita-cita "Bengkuluku Religius" oleh Wali Kota dapat tercapai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com