Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Endapan Lumpur Banjir Bakal Rusak Karang di Bunaken

Kompas.com - 29/01/2014, 11:16 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Dua pekan telah berlalu sejak banjir bandang menerjang Kota Manado. Di samping meninggalkan persoalan sampah yang masih menumpuk, endapan lumpur yang di bawah banjir tersebut membuat kekhawatiran rusaknya terumbu karang di Taman Laut Nasional Bunaken.

Peneliti Senior di Universitas Sam Ratulangi Manado, John Tasirin menjelaskan, ada tiga kelompok lumpur yang dibawa banjir. Pertama pasir, lalu lempung dan ketiga clay (liat).

"Lumpur dalam kelompok clay inilah yang dikhawatirkan akan membuat karang mati. Partikel clay berukuran sangat kecil, bisa hanya 0,001 milimeter. Partikel itu akan terbawa air jauh sekali," ujar Tasirin, Rabu (29/1/2014).

Jika pasir partikelnya berukuran besar, material itu akan segera mengendap pada jarak yang dekat dengan sumber erosi. Demikian pula dengan lempung (silt) walau akan mengendap jauh dari sumber erosi, tapi tidak akan mencapai hingga ke Bunaken.

"Celakanya clay itu hanya tersuspensi bukan terlarut. Partikel tersuspensi itu bagaikan partikel tar pada asap rokok. Seolah-olah partikel itu tidak ada disana. Suatu saat akan mengendap dan menyumbat polip hewan karang lalu karang akan mati," kata Tasirin.

Tasirin menambahkan, semakin banyak matarial liat yang terseret ke terumbu karang di Bunaken maka semakin banyak populasi karang yang tewas.

Dia menambahkan, kemungkinan partikel liat yang mencapai Bunaken ada pada kategori sangat halus. Penjelasan Tasirin tersebut secara kasat mata bisa terlihat dari keruhnya air laut di sepanjang pantai Manado.

Sejak banjir bandang menerjang pada Rabu (15/1/2014) lalu, hingga hari ini air Kota Manado terutama di muara sungai masih berwarna kecoklatan. Warna kecoklatan tersebut akibat mengalirnya air sungai yang penuh lumpur yang ditinggalkan banjir bandang.

Hingga dua pekan pascabanjir, di beberapa wilayah yang terkena banjir, endapan lumpur yang ditinggalkan masih sangat tebal. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com