Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis Korban Perkosaan 15 Orang Alami Perdarahan

Kompas.com - 28/01/2014, 14:15 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Anggota DPRD Provinsi Lampung Ketut Irawan, salah satu orang yang disebut-sebut dalam kasus pemerkosaan anak di bawah umur mengaku meragukan kabar yang menyatakan korban perkosaan itu mengalami perdarahan.

"Anak ini sehabis mediasi bermalam di rumah saya, dia pakai baju anak perempuan saya tapi saya tidak melihat ada bekas darah, padahal dia ngakunya pendarahan," kilahnya.

Bahkan dalam mediasi yang tanpa menghadiri perwakilan keluarga korban itu, korban tidak mau dipulangkan kepada orangtuanya. "Dia bilang sudah tidak pernah pulang ke rumah karena tidak diaku lagi sebagai anak oleh orang tuanya," tutur Irawan yang juga membantah terlibat dalam semua kasus itu.

Dia bahkan menilai, kasus perkosaan itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan para pelaku. Pasalnya, saat kejadian di September 2013 itu, dapat diduga korban melakukan atas dasar kemauan sendiri.

"Waktu musim pesta keagamaan, warga menemukan sejumlah pemuda dan satu perempuan berada dalam kamar mandi. Itu sempat diusir tapi malah mereka pergi ke rumah kosong," terang Irawan.

Saat di Bandarlampung, Irawan mengaku memang mengajak anak tersebut dengan beberapa teman korban. Namun, tidak sampai melakukan pemeriksaan karena korban menolak.

"Bahkan dia sendiri yang bilang, orang saya jualan kok pada sewot sih," kata Irawan mengutip pernyataan korban.

Perdarahan
Namun berbeda kesaksian yang diungkapan Rizal (49), paman korban di Bandarlampung. Dia menjelaskan kondisi korban berangsur-angsur pulih. Namun, jika dalam keadaan stres atau tertekan perdarahan dari kemaluannya kerap kambuh.

Kini, korban juga berada dalam pengawasan keluarga Rizal sambil diarahkan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Rizal yang adalah selaku sepupu ibu korban, mengaku belum memberitahukan kondisi anak itu kepada sang ibu. "Korban sejak usia dua tahun sudah terpisah dari ibunya dan tinggal bersama keluarga baru ayahnya di Desa Bau, Gungungsari, Lampung Timur," kata dia.

Terkait musibah yang menimpa keponakannya, Rizal enggan menceritakan persoalan tersebut kepada sepupunya. Ia mengkhawatirkan konflik itu akan berdampak serius. "Karena itu kami memercayakan penyelesaian perkara ini pada aparat kepolisian, kami berharap polisi dapat bertindak cepat dan tepat," kata Rizal.

Mantan pegiat advokasi anak di Lampung Diah D Yanti menekankan sekalipun anak tersebut melacurkan diri, tetap anak tidak bisa dipersalahkan sepenuhnya. "Anak ini belum bisa mengambil pilihan hidup, orangtuanya dan orang sekelilingnya yang musti mengarahkan," kata dia.

Diah berharap pihak-pihak yang terkait tidak memanfaatkan persoalan tersebut untuk kepentingan pribadi. "Saya berharap pihak kepolisian segera tangkap pelaku perkosaan yang keji ini, permasalahan ini bagaikan gunung es, mungkin ada banyak kasus yang melibatkan anak di bawah umur, tentu kita tidak ingin kasus ini memakan lebih banyak korban," tegas Diah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com