Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desi Siswa SMK Penjual Slondok Masih Menunggak SPP

Kompas.com - 23/01/2014, 18:00 WIB

SLEMAN, KOMPAS.com — Kisah Desi Priharyana (17), siswa SMKN 2 Yogyakarta, yang bersekolah sembari berjualan slondok dan menjaga toko pada malam hari membukakan mata banyak orang tentang apa arti keuletan, kegigihan, dan bakti anak kepada orangtua.

Yang luput dari perhatian khalayak, ternyata ia belum tahu berapa biaya sekolahnya per bulan karena hingga kini ia masih menunggak SPP sejak permulaan tahun ajaran baru Juli 2013 lalu.

Dalam kondisi orangtuanya yang tak lagi mampu membiayai sekolahnya, Desi tak putus asa. Menyerah juga tak ada dalam kosakata hidupnya. Terlebih lagi, ibunya juga sudah meninggal sedari ia kecil sehingga kini ia hidup bersama ayahnya yang mulai menua dan satu adik perempuannya.

Sejak SMP, remaja asal Toino, Pendowoharjo, Sleman, ini berjualan slondok, cemilan yang terbuat dari singkong yang dipilin dan dibentuk seperti donat berukuran mungil lalu digoreng. Di daerah lain, slondok dikenal sebagai lanting. Dari hasil berjualan penganan ringan ini, Desi bisa membiayai sekolahnya sendiri, membeli sepeda untuk "kendaraan operasional bisnis" yang sekaligus mengantarnya pergi pulang ke sekolah. Ia juga masih menyisihkan penghasilannya dengan memberikan adiknya uang jajan setiap hari.

Sebagai anak, Desi nyaris tak pernah merepotkan orangtuanya. Tanpa menyombongkan diri, ia mengaku tidak pernah meminta apa pun dari orangtuanya yang bersifat materi. "Saya hanya minta doa restu dari mereka," ujarnya.

Ketika kisahnya dimuat oleh Kompas.com dan kemudian beredar di media sosial, ia mengaku kewalahan menerima panggilan telepon. "Buuaanyaaak banget yang menelepon, Pak. Kebanyakan mau wawancara," katanya melalui telepon yang dikutip dari IDEBISNIS.

"Besok-besok saya mungkin harus menitipkan HP saya ini ke BK (Bimbingan Konseling) biar nggak mengganggu pelajaran," tambahnya.

Saat dihubungi IDEBISNIS (23/1/2014), ia tengah dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju ke rumahnya. "Tinggal kira-kira empat kilo lagi sampai rumah, kok," ujarnya tanpa nada mengeluh.

IDEBISNIS yang sejak semalam (22/1/2014) telah coba menghubungi Desi melalui telepon dan SMS, baru sehari setelahnya mendapatkan jawaban melalui SMS. Dalam SMS balasannya, tak lupa Desi mencantumkan pesan: (psn slondok sms ke 08XXXXXX).

Semula, IDEBISNIS menghubungi Desi karena ada pembaca yang menanyakan bagaimana membantu Desi. Namun, ketika ditanyakan berapa biaya sekolahnya per bulan, ia mengaku belum tahu karena sejak bulan Juli 2013 sampai sekarang, ia belum sanggup membayarnya.

"Mungkin kira-kira sekitar 100.000 per bulan, besok saya tanyakan ke bagian tata usaha sekolah," katanya.  

Inspiratif

Selain kisahnya yang menginspirasi dan menggugah banyak orang, terlihat juga bahwa Desi adalah pebisnis ulet dalam skala mikro. Ia berbisnis untuk menghidupi dirinya dan adiknya, dan meringankan orangtuanya yang sudah tidak lagi bekerja karena sudah tua.

Desi menjual slondoknya di tempat-tempat yang ia lewati dalam perjalanan dari rumah ke sekolah sehingga distribusinya terjaga setiap hari, dan ia tak kesulitan untuk membagi waktu antara menunaikan tugas sekolah dan menjalankan bisnis. Bahkan, kepada orang yang belum dikenalnya pun, ia sudah memasarkan slondoknya sebagaimana terbaca dari pesan SMS kepada IDEBISNIS. Dari slondok itu pulalah kini ia bisa memiliki peralatan kerja, yakni sebuah sepeda ontel tua, keranjang dari bambu yang menggantung di boncengan sepedanya, juga sebuah ponsel. "Ini semua dari slondok," akunya jujur.

Ia juga memperlakukan relasi bisnisnya secara baik, bahkan menjadikannya peluang. Dari toko plastik langganannya, ia mendapat tawaran untuk menjadi penjaga malam toko itu. "Saya masih bisa belajar sambil menjaga toko. Lumayan bisa buat tambah-tambah," ujarnya.

Peluang itu bisa didapatnya karena pemilik toko plastik itu melihat dia dapat dipercaya. Dari pos polisi di perempatan Jetis persis di depan sekolahnya, ia mendapatkan langganan yang rutin membeli slondoknya.

Apakah dengan segala beban dan tanggung jawabnya Desi kehilangan keceriaannya sebagai remaja? Tidak juga. Ia masih bisa menikmati hari-hari liburnya dan bergabung dalam komunitas sepeda "Sleman Ngepit".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com