Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Mau Mati (Konyol) di Gunung!

Kompas.com - 27/12/2013, 15:25 WIB
Latief

Penulis

KOMPAS.com – Shizuko Rizmadhani, (16), siswi SMA Negeri 6 Bekasi, diketahui meninggal Selasa, (24/12/2013) malam. Korban tewas di Kandang Batu (2.220 mdpl) atau pendakian menjelang puncak Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat.

Sehari berikutnya, Endang Hidayat (53), warga Sepanjang Jaya Rawa Lumbu, Bekasi, dinyatakan meninggal saat mendaki Gunung Semeru. Korban dilaporkan meninggal dunia sekira pukul 18.00 WIB di Pos Waturejeng di ketinggian sekitar 2.300 mdpl.

Selanjutnya, berselang empat hari setelah kabar duka dari Semeru itu, Gatot Handoko (40), wisatawan asal Singaraja, Bali, juga dinyatakan tewas dalam pendakiannya ke Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur. Nyawa korban tak terselamatkan saat dilarikan ke RS Blambangan yang berjarak 20 km dari pos pendakian pertama Paltuding.

Berdasarkan laporan media, penyebab meninggalnya ketiga pendaki itu bermacam-macam. Meninggalnya Shizuko Rizmadhani di Gunung Gede diketahui setelah terserang hipotermia atau kehilangan suhu panas tubuh akibat basah dan kedinginan.

Mahesa Vicky, tim sukarelawan dari Indonesian Green Ranger, yang ikut mengevakuasi korban mengatakan, dirinya mendapatkan informasi ada pendaki yang mengalami kedinginan hebat dan perlu pertolongan.

"Kami (petugas Ranger) dan tim relawan langsung menuju lokasi," ujar Vicky.

Lain halnya dengan Endang Hidayat. Pendakian ke Semeru menjadi pendakian terakhirnya, setelah Endang dinyatakan meninggal dalam perjalanan di Pos Dua atau di Pos Waturejeng. Endang diketahui mengalami serangan jatung, bahkan sempat mengalami kejang. Padahal, menurut penuturan anak kandungnya, Dian Wahyuni Khairunnisa, (24), ayahnya tak mempunyai riwayat penyakit Jantung.

Sementara itu, Gatot Handoko (40), diketahui meninggal setelah sempat mengeluhkan sakit di dadanya. Toh, Endang tetap memaksa naik. Sempat ia terpeleset, sampai akhirnya dievakuasi turun ke Paltuding. Petugas pun segera melarikannya ke RS Blambangan yang berjarak 20 km. Sayang, nyawa Gatot tak tertolonh. Ia meninggal dalam perjalanan.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI Gunung Semeru
Menganggap sepele?

Boleh jadi, ini “rekor terburuk” dalam sejarah pendakian di Indonesia, dimana tiga pendaki tewas hanya dalam waktu sepekan secara berurutan. Salahkah mereka mendaki di tengah cuaca buruk Desember? Cukupkah persiapan dan rencana mereka mendaki gunung?

Tentu saja, tidak ada yang salah dengan merancang pendakian di bulan Desember di ketiga gunung tersebut. Hanya, siapkah kita menghadapi cuaca buruk Desember? Siap dalam arti fisik dan peralatan?

Seperti diketahui, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di akhir musim transisi pada Oktober-Desember harus diwaspadai, serta kemungkinan intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada bulan Januari - Februari 2014.

"Terkait intensitas hujan, sesuai prediksi BMKG bulan Oktober-Desember merupakan akhir dari musim transisi, dan puncak musim penghujan yang berkelanjutan serta tidak mengenal waktu dan intensitas diwaspadai terjadi pada Januari-Februari," ujar Kasubid Informasi BMKG, Harry Tirto kepada Antara.

Artinya, mendaki di masa-masa cuaca "tak bersahabat" seperti ini butuh ekstra perhatian, baik fisik, perbekalan, maupun peralatan. Pendaki profesional pasti tahu betul, mendaki di bulan Desember hingga Februari berisiko diterjang hujan dan angin setiap waktu. Tanpa persiapan ketat, selain tidak nyaman, risikonya nyawa!

"Kembali lagi ke soal pengetahuan, pendidikan yang menjadi bekal si pendaki. Dengan pengetahuan yang dia punya, sudah barang tentu persiapan pendakiannya juga baik. Dia pasti tahu risiko yang akan dia hadapi, sudah dia ukur. Minimal siap menghadapi risiko itu, karena tidak bisa ditebak maunya," kata Adiseno, pendaki senior Mapala UI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com