Bayi malang itu kali pertama ditemukan dua petani kakao, Mujianto dan Parmi. Awalnya, mereka sedang membersihkan kebun kakao, tiba-tiba melihat sebuah kardus. Setelah dilihat lebih dekat, kardus itu berisi bayi laki-laki. Pasangan suami istri itu pun langsung memanggil warga sekitar.
Menurut Mujianto, jarak kebun miliknya dengan jalan raya hanya sekitar 300 meter sehingga tidak butuh waktu yang lama untuk memanggil warga. Warga yang mulai berdatangan di kebun kakao itu juga segera menghubungi aparat Kepolisian Sektor Tirauta. Beberapa saat kemudian, aparat Polsek Tirawuta datang ke lokasi, lalu membawa bayi itu ke Puskesmas Welala di Kecamatan Ladongi untuk mendapatkan perawatan medis. Sebab, kondisi bayi terlihat sakit.
Namun setelah dirawat, beberapa jam kemudian bayi tersebut meninggal dunia. Penanggungjawab Puskesmas Welala, Bidan Tati Parubaka mengatakan, bayi itu meninggal bisa disebabkan kekurangan oksigen, kondisi fisik lemah dan berat bayi saat lahir rendah. "Dia (bayi) juga lahir secara prematur, sehingga tidak bisa hidup lebih lama,” ungkapnya.
Kapolsek Tirauta, AKP Abdul Kahar menyatakan masih melakukan penyelidikan untuk mencari otangtua bayi tersebut. "Kasus penemuan bayi ini kami dari pihak kepolisian masih melakukan lidik (penyelidikan) untuk memproses lebih lanjut," tutupnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.