Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikut Amankan Natal, Umat Kristiani Maluku Puji Pemuda Masjid

Kompas.com - 25/12/2013, 15:51 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis


AMBON, KOMPAS.com — Sikap toleransi yang ditunjukkan pemuda masjid dengan ikut membantu aparat keamanan dalam menjaga sejumlah gereja saat umat Kristiani menjalankan ibadah Natal di Ambon diakui sebagai wujud kebersamaan sejati sesama orang bersaudara di Maluku.

Hal ini diungkapkan Ketua Angkatan Muda Gereja Protestan (AMGPM) Maluku Elifas Tomix Maspaitella kepada Kompas.com saat diwawancarai via telepon selulernya, Rabu (25/12/2013).

"Inilah sesungguhnya budaya asli orang Maluku yang sebenarnya sudah mengakar sejak lama. Budaya saling menghargai dan menghormati, dan ini membuktikan kalau orang Maluku secara sadar sangat menghargai perbedaan," kata Elifas.

Menurutnya, apa yang ditunjukkan pemuda Muslim dengan menjaga ibadah Natal merupakan bentuk wajah asli Maluku yang sebenarnya, dan hal tersebut juga membuktikan kalau kesadaran umat beragama di Maluku untuk saling menghargai sangat tinggi.

"Orang Maluku itu sebenarnya menilai agama itu bukan sebagai sekat, tapi menilai persaudaraan sebagai perekat. Dan inilah perekat budaya orang Maluku. Selaku pemimpin pemuda Kristiani kami sangat berterima kasih dan bangga atas bantuan dan sikap hormat yang ditunjukkan pemuda Muslim," ujarnya.

Senada, Ketua Pemuda Katolik Maluku Agus Ufie mengatakan, apa yang dilakukan pemuda masjid merupakan hal yang sangat positif guna lebih merekatkan lagi hubungan persaudaraan orang beragama di Maluku.

Menurutnya, apa yang ditunjukkan pemuda Muslim tersebut merupakan manifestasi budaya Maluku yang sarat makna kebersamaan dan persaudaraan.

"Kita tentunya bangga dan berterima kasih karena saudara kita juga ikut menjaga saat ibadah. Bagi saya inilah wujud keberagaman dan kebinekaan yang menyatukan kepelbagaian. Inilah manifestasi dari budaya gotong royong dan budaya Maluku sesungguhnya," ujarnya.

Menurutnya, kebersamaan seperti ini sebenarnya sudah ditunjukkan nenek moyang orang Maluku pada masa lalu, di mana dalam praktik kehidupannya selalu saling menghargai satu dengan yang lain. Namun, budaya tersebut perlahan tereduksi saat konflik kemanusiaan pecah di Ambon 13 tahun lalu.

"Memang budaya ini sedikit meredup saat konflik kemanusiaan terjadi. Namun, saat ini sudah terlihat kembali. Saya kira ini sangat positif untuk membangun kerukunan hidup umat beragam yang lebih baik lagi ke depan," ujarnya.

Sikap toleransi dan saling menghargai seperti ini juga ditunjukkan umat Kristen dan Katolik saat penyelenggaraan Musabqah Tilawatil Quran (MTQ) ke XXIV di Ambon beberapa tahun lalu. Saat itu pemuda Kristiani juga turut aktif menjaga keamanan warga Muslim dengan membentuk pengamanan swakarsa serta turut terlibat secara aktif dalam menyukseskan acara tersebut.

Keuskupan Diosis Amboia bahkan menampung puluhan peserta MTQ di kediaman keuskupan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com