Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teman Fikri Mengaku Mulai Mendapat Teror

Kompas.com - 13/12/2013, 15:03 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Rekan-rekan Fikri Dolasmantya Surya, mahasiswa Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang tewas dalam masa orientasi, mengaku mulai mendapatkan rentetan teror menyusul mulai diselidikinya kasus kematian Fikri oleh polisi.

Seorang peserta Orientasi Kemah Bakti Desa (KBD), Jumat (13/12/2013), mengaku mendapatkan teror dan ancaman yang disampaikan melalui telepon gelap. "Ancamannya tidak melalui SMS. Tapi, telepon langsung dengan nomor tak dikenal," kata rekan Fikri yang menolak identitasnya diungkap.

Seperti yang telah diberitakan, Fikri adalah mahasiswa baru jurusan Planologi, ITN  Malang, yang meninggal saat mengikuti Orientasi KBD dan Temu Akrab di Kawasan Pantai Goa China di Desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan (Sumawe), Kabupaten Malang, 12 Oktober 2013 lalu.

"Tapi, teman-teman yang juga ikut ospek bersama almarhum Fikri juga dapat teror yang sama," ungkap dia sembari menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) ITN, sebagai bukti dirinya seangkatan dengan Fikri.

Dia diancam bakal dicelakai jika membuka mulut kepada polisi. "Yang telepon seorang laki-laki. Saya tidak sempat bicara, dia langsung mengatakan ancaman," kata dia.

Lebih lanjut, dia yang mengajak bertemu Kompas.com, di sebuah warung tak jauh dari kampus ITN Malang itu, mengaku ketakutan dan merasa tidak tenang saat berkuliah. "Saya sudah lapor ke keluarga di rumah. Semoga teror itu tidak benar," ungkapnya.

Dia pun kini tidak berani untuk diminta keterangan kepolisian. "Biar teman lainnya saja yang memberikan keterangan. Saya mau pulang ke rumah dulu," katanya.

Dia juga mengakui bahwa selama masa orientasi memang terjadi banyak kekerasan. "Jika tidak kuat disuruh merangkak naik bukit, kita ditendang panitia," ujarnya.

Panitia orientasi berdalih, kekerasan itu dilakukan untuk menempa mental para mahasiswa agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. "Biar tidak cengeng, tidak berjiwa pragmatis. Mentalnya kuat. Itu alasannya senior," kata dia lagi.

Dia pun mengaku tak mengetahui secara pasti soal meninggalnya Fikri. "Karena, almarhum itu ada di posisi belakang. Peserta lainnya di barisan depan dengan cara mencongkok menyusuri bukit," katanya.

Dia juga mengaku tahu bahwa selama acara itu ada yang mendokumentasikannya dalam bentuk rekaman. "Dokumentasi video seingat saya ada. Tapi, panitia yang mengambilnya. Peserta tidak ada dokumentasi karena tidak boleh membawa handphone sejak ospek itu dimulai," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com