Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Pendidikan yang Salah Akan Ciptakan Anak seperti "Robot"

Kompas.com - 08/12/2013, 17:14 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA,KOMPAS.com
- Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi memandang banyaknya sarjana S1 yang menganggur, salah satunya disebabkan sistem pendidikan yang diterapkan hanya menciptakan generasi-generasi robot penurut tanpa memiliki kreativitas dan kecerdasan.

"Ada berapa juta S1 menganggur. Mungkin nilai akademis mereka bagus tetapi tidak memiliki kecerdasan yang lain seperti kreativitas. Mereka tidak bisa disalahkan, karena sistem yang membuat mereka seperti itu," ujarnya saat ditemui seusai mengisi seminar di Universitas Ahmad Dahlan, Minggu (08/12/2013) siang.

Menurutnya, masih banyak sistem pendidikan yang tidak ramah anak, termasuk sistem yang bernuansa kekerasan termasuk kekerasan psikologis. Salah satunya adalah sistem poin, gara-gara sudah mengumpulkan maksimal poin maka anak dikeluarkan dari sekolah.

Sistem pendidikan yang tak ramah anak hanya akan menciptakan generasi-generasi robot, yaitu penurut namun tanpa kecerdasan kreativitas dan kecerdasan moral. Akhirnya generasinya akan tergelincir dengan melakukan korupsi, seks bebas, tindak kekerasan dan kejahatan.

Seto Mulyadi menjelaskan, dengan diterapkanya disiplin jangan bermimpi akan memiliki anak yang mempunyai kreativitas dan kecerdasan moral yang baik.

Untuk itu, seharusnya dilakukan evaluasi apa yang salah sehingga anak melakukan seperti itu. "Jika di SMP baik lalu di SMA berubah, maka sistem pendidikan sekolahnya yang harus di evaluasi. Kalau anak selalu menjadi obyek yang disalahkan,harus begini, harus begitu sama saja membuat anak hanya menjadi bebek-bebek penurut," tegasnya.

Setelah sistem pendidikan diperbaiki menjadi ramah anak, lalu guru-guru pengajar juga perlu mendapat pengertian tentang pendidikan yang baik untuk memperlakukan anak.

"Semua harus demi yang terbaik bagi siswa. Guru yang araogan, kepala sekolah yang gengsi harus dihilangkan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com