Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Bersih Sulit, Korban Banjir Tetap Bersihkan Rumah

Kompas.com - 07/12/2013, 12:00 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis


MINAHASA TENGGARA, KOMPAS.com - Walau pasokan air bersih terbatas, warga yang terkena dampak banjir bandang di Kecamatan Ratahan, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulut mulai membersihkan rumah mereka.

"Mobil tangki air kurang, tapi rumah musti dibersihkan. Kalau tidak lumpur akan kering dan susah," ujar Cynthia, warga Desa Rasi, Jumat (7/12/2013).

Rumah Cyhntia dan puluhan rumah lainnya di beberapa desa di Ratahan terendam lumpur yang dibawa banjir bandang pada Kamis (5/12). Bahkan beberapa rumah yang tepat berada di tepi sungai, rata dengan tanah disapu banjir.

"Dapur saya hilang, kayu besar yang dibawa banjir hantam. Tidak ada sisanya," ujar Yori, warga Desa Lowu Satu sambil menunjuk bekas dapurnya.

Selain kekurangan air bersih, warga juga mengeluhkan aliran listrik yang belum menyala. Baik Cynthia maupun Yori mengaku di malam hari mereka terpaksa memakai alat penerang seadanya, seperti lilin.

Pascabanjir bandang, pemerintah daerah Mitra yang berkoordinasi dengan berbagai pihak kini mendirikan berbagai posko bantuan dan posko kesehatan. Di Desa Rasi terlihat petugas kesehatan berjaga di posko yang sudah didirikan sejak Jumat kemarin.

Bupati Mitra, James Sumendap yang ditemui di lokasi bencana, berjanji segera menyiapkan dapur umum, untuk membantu kebutuhan makan warga yang terkena dampak bencana.

Dari pantauan Kompas.com, terlihat juga aparat kepolisian dan TNI membantu warga membersihkan lokasi. Pencarian korban hilang pun masih dilakukan.

Sebagaimana diberitakan, beberapa desa di Kecamatan Ratahan, Kabupaten Minahasa Tenggara, diterjang banjir bandang. Puluhan rumah warga rusak. Jembatan putus. Bangunan tempat ibadah juga tidak luput dari terjangan banjir. Puluhan hektar sawah juga tertimbun lumpur tebal setinggi sekitar 1 meter.

Banjir bandang yang datang tiba-tiba itu diakui oleh warga merupakan banjir terbesar dalam kurun waktu 12 tahun terakhir yang mereka alami. Sumendap mengakui banjir bandang yang membawa kayu-kayu berukuran besar tersebut, merupakan akibat dari aktivitas pembalakan liar hutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com