Halim menyebutkan, lima konflik keagamaan yang muncul di Jember di antaranya aliran Qodriatul Qosimiyah, kemudian pesantren Rabbani, lalu Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Sekolah Tinggi Dirosah Islamiyah (STDI) Imam Syafi'i, dan konflik Syiah di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger.
"Dari lima konflik itu empat di antaranya sudah bisa diselesaikan oleh kami dan beberapa instansi terkait. Namun, untuk konflik Syiah sampai hari ini masih kami kaji lebih dalam," jelas Halim.
Diharapkan dengan kajian tersebut dapat dirumuskan sebuah solusi konkret agar di kemudian hari tidak terjadi lagi. "Kalau ada sebuah perbedaan pemahaman keagamaan di tengah masyarakat, pasti akan dianggap sebagai permusuhan sehingga mudah menimbulkan konflik horizontal," katanya menambahkan.
MUI Jember, lanjut Guru Besar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember ini, terus melakukan kegiatan pertemuan rutin dengan pimpinan organisasi keagamaan. "Kami terus melakukan proses dialog-dialog agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara organisasi keagamaan," tandas Halim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.