Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Enam Tahun Tewas dalam Kebakaran di Balikpapan

Kompas.com - 02/12/2013, 18:14 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Kebakaran kembali melanda Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (2/12/2013) pukul 14.00. Seorang bocah berumur enam tahun, Muhammad Ali, anak bungsu dari pasangan M Safrudin dan Galuh, menjadi korban tewas dalam musibah ini.

"Saya sangat menyesalinya. Saya sedang membantu cucu di rumah sakit, tapi anak saya malah jadi korban," kata Safrudin saat menyaksikan anaknya di mortuary RS Kanudjoso Djatiwibowo.

Sebelas rumah di RT 66 dan 69, Kelurahan Gunung Sari Ilir, Balikpapan Tengah, hangus terbakar tak lama setelah listrik PLN menyala pukul 13.30. Setidaknya 90 jiwa kehilangan tempat tinggal akibat bencana ini. Api diduga berasal dari salah satu kamar di rumah petak atau rumah kos milik Kartinah.

"Tak lama setelah lampu (listrik PLN) menyala, tidak sampai setengah jam, kita melihat ada asap keluar dari satu sudut atas bangunan rumah petak itu. Siapa tinggal di rumah petak itu, saya tidak tahu," kata salah satu korban kebakaran, Rusman, yang tinggal di rumah nomor 37.

Kawasan kebakaran ini berada di belakang pusat pertokoan di Jalan Ahmad Yani. Rumah-rumah di situ dibangun di belakang toko, dimana bila masuk ke dalamnya hanya bisa melewati gang kecil dan sempit di antara toko yang berjejer di jalan raya. Kontur tanah berbukit dan terjal semakin menyulitkan siapa saja yang akan masuk ke perumahan itu.

"Ada satu rumah dari sirap (atap dari bahan kayu ulin) yang sudah tua. Rumah ini kos-kosan. Dari situ kita semua lihat asap pertama muncul. Tidak lama, api jadi besar," kata Rusman.

Di rumah kos itu tinggal Safrudin dan anggota keluarganya. Hari itu, Safrudin dan Galuh meninggalkan Ali di rumah bersama Zakaria alias Amang (50), karyawan dari Safrudin. Sementara itu, Safrudin dan Galuh menunggui Adam, cucunya di RSKD lantaran dua hari belakangan ini mengalami demam tinggi.

Saat di rumah sakit, Safrudin mendapat kabar tentang kebakaran yang melanda sekitar rumahnya. Semula ia yakin bahwa semuanya baik-baik saja. "Saya yakin saja karena ada anak buah yang sudah menunggui rumah kami. Bahkan saya kasih kunci rumah ke dia. Sampai saat ada telepon dari anak saya bilang 'adik kebakar pak'. Saat itu saya merasa Amang tidak benar," kata Safrudin.

Menurutnya, menitipkan anak ke orang lain itu ternyata kesalahan fatal baginya. Kebakaran datang, nyawa anaknya pun tak bisa diselamatkan. "Amang tidak muncul juga hingga sekarang. Mungkin dia takut atau apa. Seharusnya bisa anak sekecil itu diselamatkan dulu," kata Safrudin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com