Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Mogok, Pasien di Jember Telantar

Kompas.com - 27/11/2013, 16:44 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno

Penulis


JEMBER, KOMPAS.com
 — Akibat aksi mogok kerja yang dilakukan dokter di seluruh Indonesia, pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soebandi Jember, Jawa Timur, telantar hingga setengah hari, Rabu (27/11/13). Pasien harus menunggu hingga pukul 12 siang untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Jember itu.

"Saya enggak tahu kalau hari ini ada mogok dokter. Mau pulang sudah tanggung, jadi saya terpaksa nunggu karena rumah saya jauh. Kalau tahu ada mogok, saya pasti enggak akan ke sini," terang salah satu pasien, Sri Utami, warga Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Wuluhan.

Sementara itu, Direktur RSUD Soebandi, Yuni Ermita, mengaku sudah meminta maaf kepada seluruh pasien terkait aksi mogok yang dilakukan hari ini. "Kami sudah memasang pengumuman bahwa proses pelayanan baru akan dimulai pukul 12 siang nanti. Biarkan kali ini kami menjadi manusia biasa," katanya.

Aksi mogok dokter di RSUD Soebandi Jember diikuti oleh 400 dokter dari berbagai rumah sakit serta puskesmas yang ada di Jember. "Jadi, pelayanannya saja yang ditunda, yang biasanya jam 8 dimulai, khusus hari ini dimulai jam 12 siang. Namun, untuk instalasi gawat darurat (IGD) tetap kami layani 24 jam," kata Yuni.

Aksi mogok dokter tersebut mendapat dukungan dari Sekretaris Daerah (Sekda) Jember Sugiarto. "Kami mamahami bersama dokter di Kabupaten Jember mengikuti aksi solidaritas ini. Tetapi, jangan sampai masyarakat tidak terlayani. Untuk itu, saya datang ke sini untuk melihat kondisi pasien, sekaligus memberikan dukungan moral atas aksi tersebut," ujar Sugiarto, Rabu (27/11/13).

Menurut dia, profesi seorang dokter merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Sebab, dengan bantuan dokter, masyarakat yang sakit bisa sembuh, masyarakat yang butuh pertolongan medis bisa terlayani.

"Jadi, menurut saya, tidak ada seorang dokter yang memiliki niatan untuk tidak melayani pasiennya, atau bahkan berpikir memiliki keinginan membiarkan pasiennya mati karena mereka terikat kode etik profesi juga," ungkap Sugiarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com