Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

27.000 Anak di Banten Tidak Bersekolah

Kompas.com - 22/11/2013, 21:32 WIB

PANDEGLANG, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Hudaya menyatakan, sekitar 27.000 anak usia sekolah dasar di daerah itu tidak bersekolah.

"Ini merupakan 'potensi' penambahan tunaaksara, kalau memang mereka benar-benar tidak bersekolah," katanya di Pandeglang, Jumat (22/11/2013).

Anak-anak usia sekolah tersebut, kata dia, berumur 7-11 tahun, dan seharusnya sedang mengenyam pendidikan pada sekolah dasar (SD).

Mengenai penyebaran anak yang tidak sekolah tersebut, menurut dia, terdapat di delapan kabupaten/kota di Banten, tetapi yang terbanyak di Kabupaten Tangerang.

Pemerintah Provinsi Banten, kata dia, bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota terus berupaya agar mereka dapat bersekolah. Di antaranya dengan memberikan pemahaman kepada orangtuanya.

Ia juga menyatakan, anak-anak tersebut tidak bersekolah bukan karena faktor ekonomi, melainkan lebih karena budaya.

"Para orangtua, kita sampaikan kalau masalah biaya tidak perlu dipikirkan karena banyak bantuan dari pemerintah sehingga anaknya bersekolah tidak perlu bayar," katanya.

Hudaya juga menyatakan, Pemerintah Provinsi Banten sedang berupaya mengentaskan mereka yang tunaaksara, dan diharapkan pada 2017 masalah tersebut bisa dituntaskan.

Menurut dia, dua tahun terakhir ini upaya pengentasan mereka yang buta aksara di daerah itu menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga tingkat pengurangannya cukup besar.

Pada 2011, kata dia, jumlah mereka yang tunaaksara usia produktif 15-44 tahun di daerah itu hanya 1,12 persen dari jumlah penduduk 10 juta jiwa.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan pada 2012, terjadi pengurangan jumlah menjadi 0,90 persen dari total penduduk Banten sebanyak 11 juta jiwa, atau di bawah target rata-rata nasional lima persen.

Untuk mewujudkan pengentasan mereka yang tunaaksara pada 2017, kata dia, Pemerintah Provinsi Banten telah dan sedang melakukan berbagai upaya. Di antaranya berkerja sama dengan kalangan perguruan tinggi dan kelompok pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM).

Selain itu, pengadaan kendaraan perpustakaan keliling, desa vokasi dan pembinaan kelompok usaha bersama (kube) untuk meningkatkan keterampilan warga belajar.

Terkait bentuk kerja sama dengan perguruan tinggi, menurut dia, hal itu dilakukan melalui kuliah kerja lapangan para mahasiswa.

"Setiap ada kegiatan kuliah kerja lapangan, kita minta 4-5 mahasiswa untuk menangani warga tunaaksara agar bisa baca, tulis, dan berhitung," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com