Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upacara Unik, Komunitas Klasik Magelang Peringati Hari Pahlawan

Kompas.com - 10/11/2013, 12:00 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com
 — Ratusan pemuda tampak mengenakan pakaian, topi, sepatu, dan aksesori ala Belanda tempo dulu di Halaman Gedung Bakorwil Eks Karesidenan Kedu, Kota Magelang, Minggu (10/11/2013).

Mereka berbaris rapi menghadap tiang bendera merah putih. Di antara mereka berjajar sepeda ontel, motor klasik, dan mobil antik.

Tidak hanya pemuda, sejumlah orang tua juga ikut dalam barisan itu. Tidak ketinggalan mereka pun mengenakan pakaian adat khas Jawa lengkap dengan sorban, blangkon, dan sepatu selopnya.

Ya, mereka adalah para anggota Komunitas Magelang Klasik yang sedang menggelar upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Pahlawan.

Layaknya sebuah upacara bendera, rangkaian upacara unik itu pun disertakan pemimpin upacara dan inspektur upacara. Uniknya, saat pemimpin upacara hendak masuk ke barisan, ia tidak berjalan dengan langkah tegap melainkan naik sepeda ontel merek “Dragon” buatan tahun 1916.

Tidak lupa, mereka menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya diikuti lagu Mengheningkan Cipta.

Meski lebih singkat dan sederhana, para peserta upacara begitu khidmat mengikuti dari awal hingga akhir. "Inilah salah satu upaya kami mencintai negara Indonesia, menghormati jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan," ungkap Ketua Panitia Upacara Hari Pahlawan, Timotius Yoga Setyawan.

Beberapa komunitas yang terlibat, di antaranya komunitas pencinta sepeda tua Velocipedee Old Classic (VOC), Magelang Independent Fiat Community (Magnifico), Magelang Car Club ( MCC), Magelang Motor Club (MMC), Magelang Volk Wagon (MVW), dan Komunitas Koeta Toea Magelang.

Bagi mereka, momentum Hari Pahlawan ini juga sekaligus untuk ajang persatuan dari para komunitas antik di Kota Magelang. "Ini kegiatan yang kali pertama kita adakan. Semoga bisa menjadi agenda rutin setiap tahun," ujar Yoga yang juga ketua komunitas Magnifico Magelang itu.

Seusai upacara, seluruh peserta melakukan kirab mengelilingi Kota Magelang, melalui ruas Jalan Veteran, Jalan Pemuda, Jalan Tidar, Jalan Tentara Pelajar, dan kembali lagi ke gedung tersebut. "Dengan berkirab, kami ingin mengenalkan kepada masyarakat Magelang bahwa kota ini juga memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa," ucap Yoga.

Salah satu peserta upacara, Daryono (65), mengaku bangga dengan ide-ide dari para anak muda di Kota Magelang yang menggelar acara tersebut. Menurutnya, langkah yang diambil kaum muda di Kota Magelang ini patut diapresiasi karena mereka tidak pernah melupakan sejarah terutama jasa-jasa para pahlawannya.

“Meskipun hanya dalam bentuk yang sangat sederhana, kegiatan ini sangat positif dalam mengisi dan meneruskan perjuangan para pahlawan,” ujarnya.

Daryono yang mengaku pernah ikut berjuang pada masa penjajahan di daerah Grabag itu mengingatkan generasi muda bahwa kemerdekaan yang bisa dinikmati saat ini melalui proses panjang dan pertaruhan nyawa.

"Istilahnya bagaimana 'kedelai menjadi tempe' itu butuh proses panjang. Artinya Generasi muda harus tau proses. Mereka harus hormati itu. Dengan mengisi kemerdekaan dengan hal positif," tutur Dalyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com